Wednesday, December 29, 2004

Kata Driver Kantor tentang Bencana di Aceh

"Bukannya saya ngarepin ketimpa musibah, Mbak, tapi kenapa ya Tuhan nggak ngedatengin bencana besar itu ke Jakarta aja? Padahal Jakarta kan pusatnya segala kemaksiatan, kejahatan. Kenapa justru orang-orang daerah melulu yang ketimpa bencana?"

Thursday, December 23, 2004

50% Padang, 25% Jawa, 25% Sunda

Setahun lagi, dua tahun lagi, lima tahun lagi, tigapuluhtujuh tahun lagi, nggak akan ada yang berubah. It will still be me.

It's just me.

Ralat (Think Positive!!!)

i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time i still have enough time


Running Out of Time

im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time im running out of time


SHOOT! I'M RUNNING OUT OF TIME!!!

Tuesday, December 14, 2004

Pekerjaan ini. Masihkah saya menginginkannya?

Thursday, December 02, 2004

The Perfect Year

i dont need a crowded ballroom
all i really need is here
if you're with me
next year will be
the perfect year..


By.... (lupa penyanyinya)

Thursday, November 25, 2004

Serpihan

Beberapa hari lalu, lagu ini tiba-tiba melintas di kepala:
towet towet
towet towet
senang hatiku.. towet towet
towet towet
baju baruku..

Akhir pekan kemarin, berdiri di kamar mandi, sudah siap mandi, selembar kertas tabloid bekas di tangan, sebuah cerpen di sana. Membaca cerpen, sambil berdiri di kamar mandi, padahal sudah siap mandi (bagi saya, mandi itu perlu persiapan). Cerpennya jelek, jadi saya relakan kertas tabloid itu sebagai bungkus pembalut bekas.

Memandang keluar dari jendela taksi. Hujan. Musim hujan sudah datang. Jakarta basah. Harusnya bersyukur, ya? Atau tidak? Karena hujan biasanya diikuti dengan macet dan banjir. Cuaca begini cuma enak untuk tidur.

Tadi. Menekan sederet nomor ponsel dan lagu pengganti nada sambung itu mengalun.
Have yourself a merry little christmas
Let your heart be light
From now on,
our troubles will be out of sight....
Saya selalu suka lagu ini. Saya jatuh hati pada lagu ini, pada suasana Natal dalam film-film produksi Hollywood.

Sore, bandara Soekarno-Hatta. Es krim A&W cokelat vanila kami ternyata membuat iri gadis kecil yang duduk di sebelah bersama ibunya. Sang ayah terpaksa bangkit dan membelikan es krim untuknya, lalu bangkit lagi dan tergopoh-gopoh mencari tisu basah karena lelehan es krim mengotori muka dan baju si gadis kecil.

Sebuah pertanyaan, "Ibu, andai saja boleh memilih, maukah kamu menerima saya sebagai anakmu?"


Ini serpihan, teman. Saya hanya sedang mengumpulkan serpihan.

Monday, November 22, 2004

Syawal 1425 H

Hai kalian..
Minal Aidin Wal Faidzin...
Maaf lahir batin...
Semoga Lebarannya kemarin asyik..
Ngomong-ngomong, tahun ini kok nggak ada SMS 'seputih salju sebening embun' ya? :D

Wednesday, November 10, 2004

Da Vinci Code

Akhirnya, selesai juga baca Da Vinci Code..

Dan seluruh dunia berkata serempak, "KEMANE AJE, MPOOOK???" :D

Hehehe.. Sudah begitu banyak review, komentar, artikel, tanggapan, kritik, dan pujian terhadap buku ini, jadi dengan penuh kesadaran, saya tidak akan menulis berpanjang-panjang soal Da Vinci Code. Basi.

Satu kata: DAHSYAT!!
Beberapa kata: Rasanya bener-bener seperti nonton film kelas satu. Pace-nya yang cepat, deskripsinya yang mendetail, thriller-nya, dramanya, ceritanya(pasti).

Trus, KALAU MISALNYA saya disuruh menulis komentar untuk backcover Da Vinci Code (yeah right..), maka tulisannya akan berbunyi seperti ini:
"Inilah buku PERTAMA yang membuat saya merasa tidak percaya diri untuk menulis novel."
(Great, kemarin alasannya males, dan sekarang ga PD???) Hehehe..

PS: Buat JABRIK(!), DASAR SPOILER!!! Gara-gara baca postingan kamu, saya jadi tahu duluan siapa dalangnya :( Btw, Liv Tyler sih nggak cocok jadi Sophie. Yang cocok itu Sophie Marceau.

Tuesday, November 09, 2004

Alangkah menakutkannya pertemuan,
karena perpisahan mengintai di belakangnya
Alangkah mengerikannya harap,
karena kecewa menanti di baliknya
Alangkah menyebalkannya janji,
karena ada ingkar walau tak pasti
Alangkah perihnya cinta,
karena benci tinggal sekedip mata..

Friday, October 29, 2004

Always be My Baby

Kemarin kami baru ketawa-tawa, senang-senang, ngopi-ngopi, jalan-jalan, senyum-senyum, sayang-sayang.
Hari ini kami diam-diam, kesal-kesal, ngambek-ngambek, sedih-sedih..

Yah, namanya juga hidup, namanya juga dua orang, namanya juga dua kepala.
.........................................

Jumat ini bau weekend sudah menyengat, jadi walaupun deadline (banget), suasana kantor lebih santai. Supaya nggak terlalu manyun, ambil walkman aja, deh. Sudah ada Mariah Carey di dalamnya. Pencet play. Ceklek.

We were as one
For a moment in time
And it seemed everlasting
That you would always be mine
Now you want to be free
So I'll let you fly
'Cause I know in my heart
Our love will never die
............................


Liriknya sih sama sekali tidak pas dengan situasi sekarang, tapi entah kenapa, mungkin karena beatnya, mungkin karena alunan musiknya, badan mulai goyang kiri (TOING!), goyang kanan (TOING!). Sambil dengar musik, tangan membalik-balik majalah. Ada biomini Jackie Kennedy yang ternyata belum pernah saya baca.

You'll always be a part of me
I'm part of you indefinitely
Boy dont you know you cant escape
Ooh darling 'cause you'll always be my baby
And we'll linger on
Time can't erase a feeling this strong
No way you're ever gonna shake me
Oh darling 'cause you'll always be my baby
............................


Mariah Carey, Jackie Kennedy, artikel menopause yang baru seperempat jadi menggantung di layar monitor..
Lalu tiba-tiba, pertama kalinya sejak entah berapa bulan ini merasa sumpek di kantor, saya merasa sangat rileks.
Hei, ini masih kantor yang sama, kan?
Jadi ingat kata Dewi Lestari, “Vacation is a state of mind”.

I aint gonna cry
And I won't beg you to stay
If you're determined to leave boy
I will not stand in your way
But inevitably you'll be back again
'Cause you know in your heart babe
Our love will never end

I know that you'll be back boy
When your days and your nights get a
little bit colder
I know that you'll be right back baby
Oh baby believe me it's only a matter of time

Selesai. Turun ke bawah untuk makan siang (saya tidak puasa hari ini) lalu berjalan ke bank di gedung belakang (katanya ‘menabung pangkal kaya, pelit pangkal disumpahin’). Mataharinya cukup ramah. Setelah beberapa jam terkurung di gedung ber-AC, jalan-jalan sejenak di luar rupanya menyenangkan.

Balik ke meja, komputer, dan kursi kantor yang amat sangat tidak ergonomis sekali. Pukul satu tigapuluh menit. Shalat Jumat sudah selesai dari tadi pasti. Dan sehabis menuntaskan postingan ini, saya akan meraih gagang telepon dan menghubunginya. Berharap semoga tadi dia juga mendengarkan Mariah Carey (atau apapun) dan sekarang sudah berada dalam suasana hati yang enak. Atau minimal, sudah kangen saya (mungkin nggak ya?).

Ok, here we go. Wish me luck!

Bismillah..

Wednesday, October 20, 2004

Bulan Puasa

Happy fasting everybody, walaupun telat.. (but then again, 'telat' is my middle name).
Selamat Ramadhan 1425 H, selamat puasa. Maap maap kalau ada sala kate, sala tulis, sala komen.. :)


.................................

MAAK!!! LAPER MAAAAKKK!!!
Hehehehehe...

Tuesday, October 12, 2004

For You Know Who

Selamat ulang tahun, Sayang... :)

Semoga selalu sehat..
Semoga panjang umur..
Semoga tambah pinter.. (biar bisa cari beasiswa atau kerjaan di luar negeri, jadi kalau INSYA ALLAH kita nikah dan punya anak, anaknya lahir di luar. huhuhu.. kayaknya keyen aja gichu ;> )
Semoga tambah sabar..(terutama ngadepin saya yang biang telat, berantakan, pemales, dan kadang2 mikirnya ga panjang2 banget. hehehe..)
Semoga lebih rajin olahraga..(biar sehat koook..., bukannya biar langsing. tapi yaaa itu bonus aja sih ;> )
Semoga lebih bisa mikir positif.. (ingat: energy follow the mind energy follow the mind energy follow the mind energy follow the mind..)
Semoga kariernya lebih bagus.. (supaya kalau suatu hari nanti saya jadi penulis kere yang kerjanya di rumah doang, kamu tetap bisa ngebiayaain kita. huehehehehe)

Hmmm... kok doanya buat kepentingan pribadi gini, ya? :D :D

................
................

Di atas semuanya, semoga kamu selalu bahagia dan ikhlas, meskipun sebagian (atau semua) harapan di atas nggak terkabul.
Semoga kamu selalu ingat dan diingat Allah.
Semoga apapun yang terjadi pada kita, kita tetap saling sayang, tetap bersahabat, dan tetap menganggap apa yang kita miliki sekarang sebagai sesuatu yang berharga.

Amin.

Luv u, hunny. Mmmmmmmwahh!!! :)

Mmmm.. Trus, makan-makannya di mana? Huhuhu..teteeeeeep...

Wednesday, October 06, 2004

Kenapa, ya?

Saya ini kenapa, ya?
Sudah beberapa minggu (atau bulan?), saya dihinggapi 'PENYAKIT MALES NGAPA2IN'. Karena itulah blog ini lama terbengkalai. Tunggu, jangan keliru. Males itu memang penyakit bawaan saya sejak dulu. Selama ini sih malesnya masih dalam tahap wajar (MENURUT SAYA!), tapi 'PENYAKIT MALES NGAPA2IN' yang sekarang ini kayaknya parah banget, udah akut.

Penyakit ini tentu ngga bisa dibawa ke dokter, tapi menurut diagnosa pribadi, sepertinya saya jenuh.. Jenuh sama kerjaan, sama rutinitas, jenuh harus bolak-balik Kalimalang-Kuningan tiap hari (desak2an di bus, macet, panas, polusi, bising, bising, bising, bising, PUSING!!).

Lalu gimana?
Enak kali ya, kalo bisa liburan. Bukan, bukan sehari dua, tapi seminggu penuh, minimal.

Trus mau ngapain?
Hmmmm..enak kali ya, kalau bisa ke Lombok. Membenamkan telapak kaki ke pasir putih yang basah, menghirup udara pantai, menanti matahari terbenam.

Okelah. Lombok mungkin terlalu jauh atau terlalu mustahil, saya mungkin akan cukup puas dengan Ancol. Iya, Ancol. IYA, ANCOL!! Menggelar tikar di pinggir pantai, makan nasi rames, dan minum teh tawar dalam kantong plastik yang kalau mau minum harus digigit ujungnya. Hmmm, saya dan adik perempuan saya (yang sama-sama doyan makan) pernah mengeluarkan dalil: 'Tak ada satu tempat pun yang di dunia ini yang lebih cocok untuk makan nasi rames kecuali Pantai Ancol.' :))

Enak kali ya, kalau bisa ke... ke.... mmmm....
Sejujurnya, saya tidak tahu mau ke mana. Anywhere but here, I guess. Kabur seminggu, itu saja. Mungkin saya tidak perlu Ancol, Lombok, pasir putih, atau matahari terbenam. Mungkin saya cuma perlu sebuah ruangan sejuk untuk tidur atau rebahan seharian. Kalau bosan, saya tinggal bangun, menarik sebuah buku dan membaca. Kalau bosan lagi, buku itu tinggal saya lempar lalu ganti dengan buku lain, atau koran, atau majalah. Kalau bosan lagi, saya tinggal menonton TV atau VCD. Kalau masih bosan, saya tinggal rebahan lagi, menutup mata..
Nanti dulu, lusa kemarin saya sudah melakukan itu. Tapi cuma sehari. Kurang lama, berarti..

Wednesday, September 22, 2004

A Prayer

Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother
Dear God, please help my brother

Amen.

Wednesday, September 15, 2004

Teroris dan Torey Hayden

Ia terdiam. Di hadapannya, seorang pria duduk meminum teh. Pria itu anggota kelompok teroris Tamil Tigers yang beberapa detik lalu, entah dari mana datangnya, tiba-tiba muncul di rumahnya dan menodongkan senjata.

Ia tak kaget. Sebagai pendiri salah satu komunitas Buddha di Sri Lanka, ia sudah lama menjadi target pembunuhan Tamil Tigers. Ia tahu, cepat atau lambat, seseorang akan datang dan berusaha merampas nyawanya. Kalau bukan pria yang sedang minum teh itu, pasti orang lain. Jadi ketika pria itu datang, ia sama sekali tidak terkejut.

“Bila Anda mau menembak saya, silakan. Tapi sebelumnya, masuklah dulu dan minum secangkir teh. Ceritakan kenapa Anda begitu ingin membunuh saya. Bagaimanapun, Anda berhutang penjelasan. Anda bisa membunuh saya setelahnya.”

Pria itu –si (calon) pembunuh- terperangah. Hanya sebuah undangan minum teh, memang. Namun bila yang mengundang adalah laki-laki yang sedang ditodongnya dengan senjata?
Singkat cerita, (mungkin) karena kagum dan penasaran, si (calon) pembunuh masuk. Menikmati secangkir teh, berbincang-bincang dengan laki-laki itu, dan akhirnya pulang tanpa melepas tembakan.

Too good to be true? Mungkin. Tapi saya termasuk orang yang lebih suka berpikir positif (setidaknya ‘berusaha’ begitu). Mungkin saja, laki-laki pendiri komunitas Buddha itu memang punya kharisma luar biasa atau aura positif yang begitu pekat (atau apalah namanya) sehingga mampu mempengaruhi si (calon) pembunuh. Mungkin saja, yang kita butuhkan memang cuma telinga untuk menyimak dan pikiran yang terbuka. Jadi, atas asumsi cerita ini benar, it’s simply wonderfull.
(BTW, saya jadi ingat seorang teman yang pernah menyentak saya dengan perkataan, “Kamu tuh maunya mikir yang indah-indah aja, yang bagus-bagus aja. Dunia ini nggak begitu!” Saya lupa kalimat persisnya, tapi saya ingat betul nada sewotnya.)

Kisah pria (calon) pembunuh dan laki-laki target pembunuhannya itu dituturkan pada saya oleh Torey Hayden, seorang psikolog, terapis, pengajar anak-anak luar biasa, sekaligus penulis buku bestseller 'Sheila. Luka Hati Seorang Gadis Kecil'.

..............................................................

Kamis, 9 September 2004 lalu, setelah siang harinya dikejutkan dan dibuat sedih oleh peristiwa meledaknya bom di depan Kedubes Australia, Kuningan, saya sebenarnya cuma ingin cepat pulang. Tapi saya masih punya janji wawancara dengan Torey Hayden pukul tujuh malam. Saya pikir, peristiwa bom Kuningan itu akan membuatnya memundurkan jadwal wawancara ke hari lain. Ternyata saya salah. Torey malah memajukan wawancara ke pukul lima sore.

Jadi berangkatlah saya. Hal pertama yang kami bicarakan begitu bertemu muka adalah –tentu saja- bom tadi siang.
“I wasn’t frightened. I’m very much believe that if it’s my day to die then i shall die and if it isn’t, i wont. So there’s no point worrying about that in the interim.
To me, the terorist is like a child having a tantrum. A child having a tantrum is a child out of control. Nothing is more inappropriate for handling that child than to be afraid of what he’s doing, to be frightened or to be upset by his actions. He’s so overcome by sense of powerlessness, by lack of a voice, by frustration of his situation. He just can’t control it any longer and it explodes. I think it’s the same situation that these terorists are feeling. They’re feeling powerless, they lack of voice, they dont know how else to express themselves than violently. We need sane people around them who can say ‘yes i understand how you feel. But we get to find a different way to solve the problem.’ So i dont feel frightened.”
Lalu barulah saya mendengar kisah percobaan pembunuhan yang gagal itu.

.............................................................

Rasanya tulisan ini harus diakhiri, karena sudah terlalu panjang. Masih banyak yang ingin saya bagi, tapi yah sudahlah. Saya juga belum menemukan kalimat penutup yang pas, tapi yaa.. ya sudah. Sudah saja.
(Huh, malas banget ga sih ending-nya?)

Tuesday, August 31, 2004

sebel

tulisan itu sebenarnya sudah selesai. profil tiga halaman yang saya buat PAKAI HATI. tapi dibalikin lagi. ganti format jadi q&a katanya. selain itu tulisannya ga sesuai pakem yang selama ini ada, jadi harus diubah.

iya, emang agak beda, tapi kl diperhatiin, itu sama sekali ga keluar pakem. saya cuma membuatnya jadi 'agak beda'. bosen. bosen sama yang selama ini ada dan terus diulang-ulang.

sekarang mau nulis lagi jadi males. males. males. males. males. males. males. males. males. males. males. males. males. males. males.

tulisan itu sudah selesai. dan saya bikinnya PAKE HATI. PAKE HATI!(jarang2 nulis pake hati) Sekarang, begitu harus nulis lagi, saya udah ilfil. saya bilang dalam hati 'ya udah, sekarang ga usah pake hati bikinnya.' tapi tetep aja sebel. sebel. sebel. sebel. sebel. sebel. sebel.

beginilah risikonya jadi penulis yang juga pegawai, atau jadi pegawai yang menulis? Hhhhh..

Wednesday, August 25, 2004

Dari Seorang Teman

"Salah satu cara terbaik mengisi hari mungkin dengan membiarkan hari mengisimu."

Selamat nikmati hari! Get relax!
Have a nice day everyone!

Sender:
*u*e***
0818xxxxxxxx

Sent:
25-Aug-2004
10:10:40

*Thank's, bro. Amazing how words can inspire us, huh? :)

Tuesday, August 10, 2004

Hootie and the Blowfish

Kalau hidup ini film,
dan saya adalah pemeran utamanya,
maka soundtrack yang sekarang sedang mengalun adalah lagu Hootie and the Blowfish:

"Well there's nothing I can do
I only wanna be with you
You can call me a fool
I only wanna be with you..."


*Maaf, saya tak pandai berkata-kata.
Ataukah bahagia tak menginspirasi sebaik derita?

Wednesday, July 28, 2004

Gua Kecil

Kadang-kadang,
saya cuma ingin punya gua kecil,
tempat mundur dari semua hiruk-pikuk dunia.

Gua kecil,
tempat saya bisa memilih apa yang ingin dan tak ingin saya kerjakan,
tempat bebas dari kewajiban bicara, berbasa-basi, menjelaskan, memutuskan, menentukan,
tempat boleh berbuat bodoh tanpa merasa jadi orang bodoh,
tempat tak lagi memikirkan pendapat orang lain, apalagi pendapat diri sendiri.

Gua kecil,
hanya ada saya,
atau orang-orang tertentu yang saya ajak masuk ke dalamnya.

Friday, July 23, 2004

Semalam

Semalam, di kamar, saya dan adik perempuan.

........................................................
+ Kalo pake celana item ini gimana?
- Jangan!
+ Kenapa?
- Lo jadi keliatan gendut banget.
+ (buang celana hitam ke kasur) Kalo gue pake celana item lo aja gimana?
- Celana item gue? Yang mana?
+ Yang itu... yang item...
- Yang 'Executive'?
+ Yang 'Executive' mah celana gue tadi!
- Lo kira celana gue bukan 'Executive?'
+ Lho? Emangnya iya?'
- Bukan.
+ Yeeee.... Terus gue pake apaan dong? Atau pake celana biasa aja ya?
......................................................
+ Atasannya pake kemeja putih ini gimana?
- Mmmmmm..... (pasang tampang ga setuju)
+ Abis apa lagi?
- Kenapa ga pake baju terusan lo aja sih?
+ Yang mana?
- Yang mana lagi? Yang dulu suka lo pake.
+ Hah? Itu? (ngeluarin baju terusan dari lemari) Yang ini?
- Iya. Itu lebih rapi.
+ (pake baju terusan) Emangnya ga berlebihan ya?
- Ya nggaklah!
+ Lo yakin?
- Iya!
+ Tapi terus tasnya nggak bisa pake yang biasa. Pake apa dong?
- Ya yang item kulit aja.
+ Itu kan udah jelek banget!
- Nggak, ah.
+ Iya! Nih. lihat pinggirnya udah ngelupas.
- Lagian! Beli tas baru dong!
+ Iya deh. Ntar.
..........................................................
+ Rambut gue berantakan banget.
- Dibando aja.
+ Hah? (coba pake bando) Kayak gini?
- Kok jadi aneh? Dijepit aja coba.
+ (coba ngejepit rambut) Gini?
- Kayak anak kecil. Jangan gitu ngejepitnya. Sini gue jepitin.
+ Aduuuh.. ga usah deh.. Ntar sebelum nyampe juga udah gue lepas lagi..
..........................................................
- ...... (lagi tidur)
+ Donna! Don!(ngeguncang-guncang bahu si adik perempuan).
- Mmmmmmm...????
+ Lo YAKIN baju terusannya ga berlebihan?
- KAGAAAAAAAKKKKK!!!!!

Bukan mau ke pesta, bukan mejeng di tipi, bukan mau kencan, bukan wawancara kerja, bukan ketemu narasumber kelas atas, tapi sumpah, bikin kelimpungan banget. :)

Wednesday, June 30, 2004

The Season

I have something with words.
Ada beberapa kata yang menurut saya lebih indah dari kata-kata lain. Salah satunya, 'musim', 'season'.

Apartemen Four Seasons, lagu Boyz II Men; 'Four Seasons of Loneliness', Nine Seasons-boysband Indonesia yang dulunya bernama ME.

Waktu SMP dulu, saya pernah membaca sebuah cerita bersambung di majalah Gadis, 'Menanti Musim Berganti'. Pengarangnya adalah salah satu penulis favorit saya di zaman itu: Tika Wisnu, kalau tidak salah.

Tahun kemarin, saya terkagum-kagum pada satu lagu di album Norah Jones, judulnya 'Shoot the Moon'. Tapi tentu saja, semua lagu di album itu mengagumkan.

the summer days are gone too soon
you shoot the moon
and miss completely
and now you're left to face the gloom
the empty room that once smelled sweetly
of all the flowers you plucked
if only you knew the reason
why you had to each be lonely
was it just the season?
now the fall is here again
you can't begin to give in
it's all over
when the snows come rolling through
you're rolling too with some new lover
will you think of times you told me
that you knew the reason
why we had to each be lonely
it was just the season

Cerita itu, lagu itu, jadi jimat yang kemudian saya bawa-bawa ketika menjalani hari. Waktu saya sedih, saya berbisik dalam hati, "Nggak apa-apa, Ey. It's just the season of sadness. Sebentar lagi musim ini berganti. Lihat saja." Waktu saya merindukan masa-masa indah bersama beberapa sahabat lama, saya katakan pada diri sendiri, "Tiap musim akan berulang. Kalaupun musim itu tak kembali, akan datang musim lain yang tak kalah indah."

Bukankah hidup memang cuma deretan musim yang silih berganti?

Dulu, ada musimnya ketika saya tak pernah mau jauh dari ibu saya. Lalu musim itu pergi. Saya jadi lebih suka sendirian di rumah.
Dulu, ada musimnya ketika saya tergila-gila main orang-orangan kertas. Lalu musim itu beranjak. Saya jadi lebih suka berkumpul dengan teman-teman: nonton VCD, ke mal, ngobrolin cowok.
Dulu, ada musimnya ketika saya memandang semua kejadian begitu hitam atau putih. Lalu musim itu mengabur. Kini banyak hal yang tampak sangat abu-abu.

Iya, betul. Hidup memang cuma deretan musim yang silih berganti.

dan sekarang..
adalah musimnya..
memalingkan wajah..
yang bersemu merah..
karena tatapmu..
tak jua lepas dari mataku..

Thursday, June 24, 2004

Sedikit Narsis(?) ;)

Sudah beberapa minggu ini (atau bulan, ya?), saya BENCI BANGET(!!!) sama rambut saya. Panjangnya udah tanggung, ujungnya keluar-keluar, berantakan, acak-acakan. Niat potong rambut sih ada , tapi belum sempet. Masih nunggu waktu yang tepat untuk menggunakan voucher potong rambut gratis dari seorang teman.

Tapi siang ini, pas ngacaan di kamar mandi dan ngeliat pantulannya, kok saya tiba-tiba berpikir, "Eh, bagus juga ni rambut. Sesuai kepribadian (maksudnya kepribadiannya nanggung dan acak-acakan gitu?). Apa ga usah dipotong aja kali, ya?"

Hehe.. Duile Eyi... ;)

Wednesday, June 16, 2004

Ibu; Sekarang dan Dulu

Saya mencintaimu, Ibu. Iya, cinta, saya yakin. Saya mencintaimu karena.. Nanti dulu, adakah cinta butuh 'karena'? Saya mencintaimu karena cinta itu sendiri. Karena rasa hangat yang merambat ketika episode-episode masa kecil itu terputar ulang dalam kepala.

Saya telanjang, memeluk pinggul ibu erat-erat, mata terpejam, kepala tengadah. Pelan-pelan, guyuran air jatuh ke kepala, membasahi rambut dan seluruh tubuh. Lagi, lalu lagi, lalu lagi. Lalu wangi shampo bayi dan pijitan lembut di kepala. Lalu air lagi, lalu lagi, lalu lagi.
Lalu pertanyaan itu: "Nanti kalau aku udah gede trus punya suami, tapi belum bisa keramas sendiri gimana?"
Dan jawabannya: "Nanti lama-lama juga bisa.."

Saya ingat. Saya ingat perasaan lega dan nyaman yang selalu hadir ketika kamu menjemput saya di sekolah. Saya ingat betapa gelisahnya saya ketika kamu tak ada, dan begitu girangnya saya kala kamu pulang.

But nothing stays the same, they say.
Ada apa dengan kita? Sosokmu berubah jadi telunjuk besar yang menuntut saya untuk bertindak, bersikap, bertutur, berpakaian, bersahabat, berpacaran, berdiri (iya, BERDIRI!) seperti yang kamu mau.

Lalu pergilah saya. Saya tiadakan kamu dalam sebagian besar langkah saya. Kenapa? Karena segalanya hanya akan bertambah rumit kalau kamu tahu. Karena tiap aksi hanya akan mengundang reaksi yang tak saya harapkan. Jadi saya pergi.

Kamu tak ada, ibu. Kamu tak tahu kalau putri sulungmu ini pernah beberapa kali kabur ke Bandung untuk bertemu seorang laki-laki. Kamu tak ada di malam-malam jahanam saya, ketika saya terisak keras sampai begitu sulit bernapas. Kamu tak tahu kalau saya pernah membenturkan kepala ke kaca jendela karena menyesali satu perbuatan tolol yang saya lakukan.

Tapi saya mencintai kamu, ibu. Dan saya yakin kalau kamu mencintai saya ratusan kali lipat lebih besar. Jadi maafkan saya, ampuni saya karena kemarin saya telah memantapkan hati: Kelak, saya tak ingin jadi ibu seperti kamu.

Tuesday, June 08, 2004

:(

Huhuhu.. dicekek-cekek deadline. Bentar lagi mungkin dicekek beneran sama redaktur.
Yah, beginilah kalau punya motto: "Jangan kerjakan sekarang apa yang bisa ditunda sampai nanti." Hehehe..

Thursday, June 03, 2004

Sepenggal Kemarin


Gara-gara ngebongkar laci meja kantor, jadi ketemu gambar ini lagi.
Sebelum ada yang bertanya: Bukan saya yang menggambar.

Friday, May 28, 2004

A Guilty Pleasure

Saya Teramat Sangat Suka Sekali...... AFI.

Thursday, May 27, 2004

Jatuh Cinta

Kata Aa' Gym, jatuh cinta itu seperti memasukkan ayam kampung ke dalam kamar. Susah ngusirnya. Kalaupun bisa diusir, kamar kita sudah berantakan. Penuh jejak dan bau di mana-mana.

Iya, A', bener. Berantakan, penuh jejak, dan bau...

Thursday, May 20, 2004

Muhammad Zaki Zulkarnain

Langit kelam. Laut murka. Angin meniup kencang bak orang kesetanan.
Siangkah? Malamkah? Entah. Semua gelap.

Itu adikku! Ia berlari di atas bebatuan yang menggigil ditampar ombak.

...........................

Oh bukan, bukan dia. Adikku bukan bocah kecil kurus yang sepertinya belum lancar melafazkan huruf 'r' itu.

...........................

Iya! Itu dia! Itu pasti dia! Itu adikku! Itu adikku!
Ia berlari di atas bebatuan yang menggigil ditampar ombak...

'Adik, jangan ke sana!'

Aku berlari mengejarnya.
Laut makin ganas. Gulungan ombak menebal, mencakar angkasa.

Adik!
Hup! Dapat! Ia dalam pelukku kini. Tubuhnya yang ringkih menegang, ketakutan.
'Jangan takut, adik. Takkan kulepas. Sampai kapan pun takkan kulepas.'

...........................

Aku tak tahu bagaimana akhirnya kami mencapai bibir pantai. Tak tahu bagaimana kami melewati neraka dunia itu. Basah. Dingin. Ngeri. Di belakang, laut belum berhenti mengamuk. Langit hanya hitam.

'Tapi lihat, adik. Tlah kutepati janjiku. Tak kulepas kau barang sedetik. Kita selamat. Kita selamat.'

Kubaringkan tubuhnya di pasir pantai. Matanya terpejam. Lama ia kutatap sebelum akhirnya kesadaran datang menghantam.
Bukan 'kita' yang selamat. 'Aku' selamat. 'Ia' tidak. Ia berlalu dalam pelukku. Adikku, pergi dalam pelukku.

...........................
Namanya Muhammad Zaki Zulkarnain. Semua orang memanggilnya Zaki. Februari kemarin, umurnya genap 14 tahun. Kulit hitam, badan gempal, berkacamata minus. Zaki, adik bungsu saya.

You are my sunshine, my only sunshine You make me happy when the sky is grey You never know dear How much i love you Please don't take my sunshine away

Setiap menyanyikan lagu ini, saya selalu teringat Zaki. He is my sunshine. Tak pernah sedih, tak pernah merasa punya masalah, jarang kesal, jarang marah. Suaranya lantang. Bagi Zaki, tiada hari tanpa bernyanyi.

Suatu hari saya pernah bertanya: "Caranya gimana sih, Zak, supaya bisa seneng terus kayak kamu?" Jawabnya: "Mmm... banyak tidur dan main PS!"

Zaki, adik bungsu saya, memang luar biasa MALASnya. Malas mandi(!), malas belajar, malas membuat PR. Kalau suatu hari nanti dia menulis buku, mungkin buku pertamanya akan berjudul '101 Cara Menghukum Siswa yang Tak Membuat PR'. Waktu masih SD, Zaki kenyang dengan berbagai jenis hukuman: Berdiri depan kelas, berdiri depan kelas sambil mengangkat satu kaki, dikeluarkan dari kelas, lari keliling lapangan, skotjam(?), memunguti sampah di halaman, membersihkan WC.

Sejak kecil, dia bukan anak yang takut pada orang asing. Dia ramah, senang mengobrol, suka bercanda, doyan plesetan. Cuma Zaki yang bisa membuat ibu saya yang sedang mengomel panjang lebar jadi tertawa-tawa.

Zaki, adik bungsu saya.

...............................


Malam itu, ketika saya bermimpi tentang amuk laut yang merenggutnya, tempat tidur Zaki basah. Akil baliq dia, rupanya.

Lalu apa artinya? Adakah mimpi punya arti? Seorang teman memberi pendapat, "Mungkin sudah saatnya kamu melepas dia, Ey. Dia sudah besar sekarang. Bukan anak kecil yang harus selalu kamu lindungi lagi."

Mungkin saja. Mungkin sekali.


Zaki, if you ever read this someday, Mbak Eyi just want to say that I love you soooo.. very much. Jadilah kamu laki-laki dewasa yang baik. Lebih baik lagi, jadilah kamu orang yang selalu bahagia, as you are now. I won't always be here, but I know that whatever happen, you will always be good. Luv you, 'Ndut! Mmmmuach!!!

Wednesday, May 12, 2004

A New Template

Template baru (lagi!). Yang ini dari Blogger. Bakalan banyak yg pakai nggak, ya? Ah, gak apa-apa, deh.

Thursday, May 06, 2004

Bla bla bla.. (kayaknya lebih baik ga dibaca)

It's raining outside.
Saya masih di kantor, menghadap layar komputer. Hanya segelintir orang tersisa di lantai tiga. Selain itu, ada empat laki-laki yang harus digarap jadi tulisan delapan halaman: Antonio Banderas, Kevin Costner, Mel Gibson, dan Jack Nicholson.

Mau nulis, tapi nggak juga. Mau pulang, tapi nggak juga. Mau jalan, tapi nggak juga. Nggak tahu mau ngapain.
Detik ini, di atas segalanya, saya cuma pengen komputer di kantor ini menyediakan fasilitas chatting.

Mata kiri saya perih. Bintitan dia. Kalau ngedip, rasanya ada yang ngganjel. Heran, what's wrong with me? Beberapa minggu lalu, jempol kiri kejepit pintu patas AC. Kemarin, sariawan di lidah yang parah banget sampai efeknya ke kuping. Kalau ngomong atau ngunyah, kupingnya langsung tuiiiingggggg... suaaaakiiiiiiiittt... Sariawan hampir sembuh, betis kena knalpot motor. Bekasnya belum hilang sampai sekarang. Ehh... sekarang mata bintitan..

...........

Mungkin perlu diruwat. Buang sial. Atau potong rambut? Mbak Manda udah teriak-teriak, "Cukur!!! Udah gondrong tuh rambut!" Atau.. ganti nama, kali? Kalau bisa dan boleh, nama apa yang akan saya pilih? Dulu, sebelum diberi nama Sherly Puspita, orang tua saya terpikir untuk menamai saya Karina. Untung nggak jadi. Kebagusan kayaknya. Pilihan lainnya Gravel. Iya, artinya 'batu kerikil'. Saya sebenarnya suka, tapi nama itu bisa menimbulkan harapan yang terlalu tinggi. "Gravel". Mungkin lebih cocok kalau kulit saya lebih putih, dan rambutnya agak kecoklatan :)

Azan Isya dari masjid depan. Sudah lewat jam tujuh.

Saya haus. Pengen minum, tapi nggak juga. Males ngambilnya.

Pengen pulang. Naik taksi kayaknya enak, tapi kemarin udah naik taksi, pagi ini udah naik taksi, masa malamnya naik taksi lagi? Boros. Lagipula, naik taksi malam-malam dan sendirian itu mengerikan.

Sekarang ada Dido, White Flag. Saya baru ngeh sama liriknya:
i know you think that i shouldn't still love you or tell you that
but if i didn't say it, well i'd still have felt it, where's the sense in that
i promise i'm not trying to make your life harder or return to where we were..


Dulu saya pernah berpikir: Pasti tak ada yang baru tentang cinta. Segala yang kita alami sekarang, pernah dialami sedikitnya oleh satu orang entah kapan dan di mana. Apa, coba? Perselingkuhan? Perjodohan? Putus karena beda agama? Putus lalu nyesel dan balik lagi? Putus lalu pengen balik tapi nggak bisa balik? Putus lalu bunuh diri? Pacaran bertahun-tahun lalu kawin? Pacaran bertahun-tahun lalu putus dan malah kawin sama orang yang baru dikenal sebulan? Pacaran jarak jauh dan sukses? Naksir orang yang udah punya pacar? Ditaksir orang tapi udah punya pacar? Naksir tujuh tahun tapi begitu pacaran cuma bertahan tujuh bulan? Pacaran lalu putus lalu pacaran lagi lalu putus lagi lalu pacaran lagi lalu putus lagi? Kawin lalu bahagia selamanya? Kawin lalu cerai? Kawin lalu nggak bahagia tapi nggak cerai juga? Kawin lalu dipukulin?

Luka baru (atau bunga baru), tapi semuanya cerita lama. Nyaris tak ada yang terlalu istimewa lagi ketika dikisahkan. Hanya bisa jadi istimewa bila penyampaiannya cukup cantik. Tergantung pembungkus. Maka, saya setuju sekali dengan iklan Nokia(?) yang bunyinya: "Karena fungsi saja takkan memuaskan Anda." Eh, nyambung nggak, ya? Ah, bodo'. Gak penting. Ga ada yang penting (selain mata yang bintitan dan betis tompel keceplak knalpot motor).
Blog ini juga ga penting.

...................

Eh, penting deh, penting deh. BUAT SAYA. Jadi judulnya gini seharusnya:
larilarikecil --> ENAK DIBACA DAN PENTING
Huehehhehhehehehehehe.... HUEEKH!!! Ngomongnya aja malu..
Atau begini:
larilarikecil --> ENAK DITULIS DAN PENTING
Nah, ini lebih bener. Nulisnya enak, dibaca belum tentu.
Tiba-tiba ingat: Katanya, tiap orang punya potensi untuk jadi gila. Saya curiga, malam ini potensi saya melonjak tinggi. :)

Jadi? Udah jam 8, saya mesti pulang. Sebelumnya, saya mau ngambil minum dulu. Ini penting, karena saya sudah teramat sangat haus sekali.
Btw, kok dari tadi ngga ada SMS/telpon yang masuk, ya?
Hmmm.. begini: Kalau pas saya ngambil minum ada yang nge-sms atau nelpon, maka kalau dia perempuan akan saya anggap sebagai saudara dan bila dia laki-laki akan saya anggap........(apa, ya?) saudara juga deh! Biar gampang. Soalnya kalau dianggap pacar kan belum tentu sayanya mau..(LHO?) UDAAAH!! AYO AMBIL MINUM!!!!!

......................

Udah ngambil minum. Nggak ada SMS, berarti nggak dapet tambahan saudara.

Udah ah, pulang. Malam garing nasional ini harus segera diakhiri. Mari kita tutup dengan bacaan Hamdallah: Alhamdulillahirrabilalamiin..


**Buat Jeng Okke, untuk chat kita yang Mahatidakpenting kemarin dan untuk kata 'ga penting'nya. (hehehe, sebenarnya nggak seniat itu kok, Ke, baru kepikiran di kalimat2 akhir, tapi gpp deh. Siapa tahu kalau ada "dedicated to..."-nya, postingan ini jadi RADA penting sedikit. Ciieh..)

Iya, iya, saya tahu. Kalau blog ini bisa nimpuk, saya udah benjol dari tadi.

Tuesday, May 04, 2004

Wednesday, April 28, 2004

Tolong Beritahu

Ada teman laki-laki yang selama ini nyuntik. Saya nggak pernah tahu.
Terus, apa yang akan saya lakukan?
Ngga ada.
Kami ngga sedekat itu sampai saya merasa cukup nyaman untuk bisa sekadar... Sekadar apa ya? Mungkin sekadar bertanya 'ada apa'(?) atau 'apa yang bisa saya bantu'(?) atau apalah.

Apa yang seharusnya dilakukan ketika kita tahu ada orang di sekitar kita yang sedang kecanduan?
Saya nggak tahu.
Kalau kamu tahu, tolong beritahu saya.

Thursday, April 15, 2004

040404

Sore itu, 4 April 2004, di stasiun Bogor. Langit biru cerah. Biru cerah biru cerah biru cerah. Hati saya juga cerah. Juga cerah juga cerah juga cerah.

Kereta jabotabek yang tadi saya tumpangi sudah beberapa lama berhenti. Kaki saya melangkah di sampingnya, melewati gerbong demi gerbong, menuju peron.

Tak usah kaucari makna hadirnya diriku
Aku di sini untukmu
Mungkin memberi arti cinta pada dirimu
Aku di sini untukmu


Saya selalu suka pengamen kereta.
.......

Seperti biasanya kalau sedang libur, hari itu saya bangun siang. Buka mata, meraih telepon genggam di atas meja. Sudah ada beberapa SMS masuk. Selain mengucapkan selamat ulang tahun,sebagian besar juga menyuruh bangun: "Bangun! Ingat umur!" Membuat saya bertanya, memangnya orang tua(?) nggak boleh bangun siang?

Mau ke mana saya hari ini?
Hari ini, 040404, saya 1/4 abad. Saya tidak pernah membuat peristiwa hari lahir jadi sesuatu yang heboh, tapi hei, ini kan umur 25!!! Seperempat abad! Dan sekarang tanggal 4 bulan 4 tahun 04!

Hati kecil: Terus kenapa?
Hati besar: Ya pasti istimewa dong! Lihat aja tanggalnya! Itu tanggal cantik!
Hati kecil: Ah sumpe lo..
Hati besar: Yang seperti ini hanya akan kita temui 36 tahun lagi ketika Insya Allah kita berusia 61 tahun: 040440. Lalu 4 tahun sesudahnya: 040444.
Hati kecil: Ya trus kenapa? Malahan, lo tahu ga sih, buat orang Cina, 4 itu angka sial!
Hati besar: Tapi kan kita bukan orang Cina!

Singkat cerita, saya memutuskan hati besar menang.
Hari ini saya HARUS pergi dari rumah dan melakukan sesuatu yang lebih istimewa, minimal lain dari biasanya. Saya rasa keputusan itu juga karena otak saya ikut campur.

Otak: Ulang tahun gini, daripada disuruh nyokap jaga wartel atau beres-beres rumah, emang mendingan pergi, sih. Ke mana kek..

Wah, bener juga. Ya', saya MESTI pergi!!!

Tapi ke mana? Ngapain? Sama siapa?
.......

Ayo pikir. Apa yang sudah lama saya inginkan, tapi belum kesampaian? Mmm.., saya ingin naik busway! Di kepala saya langsung terbayang beberapa nama yang mungkin bisa diajak jalan-jalan naik bus kacang garuda itu.

Hati besar: Masa ulang tahun ke-25 cuma pengen naik busway?!?

Iya, ya. Masa cuma naik busway?

Terus, saya pengen apa lagi dong?
........

Saya pengeeen...berfoto pakai baju Bodo. Hehehe, malu ngakunya, tapi ini bener-bener keinginan yang sudah lama sekali terpendam dan sampai sekarang belum hilang.

Percakapan via telepon beberapa tahun lalu:
Teman: Halo.
Saya: Halo. Eh, lo punya baju Bodo gak?
Teman: Baju bodo? Buat apa?
Saya : Buat foto.
Teman: Hah?
Saya: Iya, gue pengen aja difoto pake baju Bodo. Baju Bodo kan cantik.
Teman: Hah?
Saya: Iya. Punya, nggak?
Teman(teriak ke nyokapnya): Maaaa... di sini ada baju Bodo ga, sih...??
Kakaknya teman (di latar belakang): Orang bodo banyak! Baju bodo mah gak ada!
Teman: Lo sewa aja di salon. Kan ada salon-salon yang nyewain baju adat.
Saya: Nyewa? Niat banget, gue!
Teman: Ya sekarang aja lo niat banget pake nelpon gue segala!!
Saya: ...... (Iya, juga)

Singkat cerita lagi, akhirnya saya memutuskan ke Bogor. Hehehe, nggak nyambung...
Saya ingat, ada Putri Novotel cantik, teman seperjuangan waktu masih kuliah di Depok, yang tinggal di sana. Begitu saya SMS, dia langsung setuju untuk jadi guide.

Jam dua siang, berangkatlah saya ke Kota Hujan, berbekal pesan dari adik-adik: "Pulangnya jangan malam-malam, ya! Kan kita kepengen ditraktir!"

Ke Bogor.
Kereta jabotabek seperti biasa penuh sesak. Ibu-ibu, bapak-bapak, mas-mas tengil, mbak-mbak, mahasiswa, anak-anak, tukang buah, tukang tisu, tukang minuman, 991 bau bercampur satu. Lebih mengesalkan lagi, saya harus menunggu dua abad di stasiun Tebet.

Perjalanannya sendiri juga cukup panjang, tapi begitu kereta sampai di tujuan dan kaki saya menjejak di stasiun Bogor, semua terbayar.

Ke Bogor.
Melewati taman topi lagi, makan burger gerobak sendirian depan Matahari Dept. Store, suara teman lama: "Eyi, kok tumben, sih?!?", antrian Roti Unyil, perjalanan dengan angkot, menelusuri jalanan berobor menuju Kafe Dedaunan, tertawa..

Bahagia sekali. Rasanya seperti berada di tempat yang jauh, seperti meninggalkan semua di belakang. Padahal, itu cuma Bogor. Padahal, saya hanya di sana sekitar empat jam.

Di detik-detik akhir perjalanan, ketika saya dan si Putri Novotel Cantik sedang menunggu hasil foto boks keluar, saya KECEPLOSAN bicara soal ulang tahun.

Dia: Lho? Jadi lo ulang tahun hari ini?
Saya: .......
Dia: Ya ampun! Jadi ini dalam rangka ulang tahun???
Saya: Hehehe, gue keceplosan. Seharusnya gue ngomongnya nanti, pas kita udah mau pisah.
Dia: Eyiii, selamat ulang tahuuun... (sun kiri sun kanan)
Saya: Hehehe..
Dia: Kok lo sendirian?
Saya: .......... Kan gue sama elo..
Dia: (bengong sebentar) Waah.. my pleasure..

Kami memang bukan sahabat karib. Tapi untunglah, saya kuliah di jurusan yang murid satu angkatannya sedikit sehingga satu sama lain tidak merasa asing.

..............

Rumah, 22.00 WIB

Pintu wartel saya buka. "Oi, artisnya udah datang, nih! Jadi pergi, nggak?" Jadilah kami sekeluarga makan bersama di luar. Dipikir-pikir, sudah lama sekali tidak pergi berenam sekaligus.

..............

Dalam sholat malam itu, saya mengucap syukur atas semua yang Dia berikan. Usia, rezeki, keluarga, teman, langit biru Bogor, Kafe Dedaunan, perjalanan dengan kereta Jabotabek, roti Unyil rasa cokelat keju, pizza Super Supreme ukuran besar...

Entah dari mana datangnya, sungguh bukan saya yang mengundang, ada rasa mencelat keluar lewat ujung mata: Rasa yang tak tertawar dengan lembaran rupiah yang keluar, berbagai hidangan lezat, perjalanan setengah hari, pertemuan dengan teman lama, makan bersama lagi dengan keluarga.

Entah dari mana datangnya, sungguh bukan saya yang mengundang, ada rasa, mencelat keluar lewat ujung mata..

Tuesday, April 06, 2004

A Belated Countdown

Lusa kemarin, tanggal 4 April 2004, saya seharusnya bilang begini:

SAAATUUUUU!!!!!!!!!!!

Happy birthday 2 me
Happy birthday 2 me
Happy birthday dear Eyi....
Happy birthday 2 me...!!!!

Jieee...25 tahun nih, gue.


Celingak celinguk, celingak celinguk...
Hehehe, kok biasa aja ya? Nggak ada yang "DUARR" tiba2 berubah atau gimana gitu...

Saturday, April 03, 2004

The Countdown

Harusnya kemarin, tgl 2 April saya bilang gini:

TIGAAAAAA!!!!!


Dan sekarang, tgl 3 April, saya bilang gini:

DUAAAAAAA!!!!!!!!!

Wednesday, March 31, 2004

A Chinese Lesson

Ini bahasa Indonesianya:
4 adalah 4 10 adalah 10 4 bukan 10 14 bukan 40

Yang ini bahasa Cinanya:
si shi si shi shi shi si bu shi shi shi si bu shi si shi

Ini kalimat bahasa Cina favorit saya. Kapan-kapan, kalau kita ketemu, saya ajari kalian melafalkannya. Meski ga bisa ngomong bahasa Cina, tapi kl udah bisa ber-si shi si shi shi shi aja sih, pasti berasa jago. Dijamin!!! ;)

:) VS :(

Beberapa minggu belakangan ini, kalimat yang sering dilontarkan teman-teman pada saya adalah, "Senyum dong, Ey..." atau "Eyi, senyum!!!" atau "Kenapa, sih? Kok muka lo begitu?"

Iya, nih. Kayaknya perlu belajar senyum lagi.

Wednesday, March 24, 2004

Harusnya

Harusnya di dunia ini ada peraturan:
"Kalau lo lagi bete sama seseorang, lo SAMA SEKALI NGGAK BOLEH melampiaskannya pada orang lain"!

Nggak adil, tauk!

Monday, March 22, 2004

About "Mystic River"

Sometimes when you love someone TOO MUCH, your heart explode & you get blind, then at this very point, you're easily fuck up. (eyi)



Saya nonton film ini satu setengah kali. Yang pertama di TIM, janjian ketemu temen. Sambil nunggu,...."Eh, ada Mystic River!" Karena emang pengen nonton, saya beli tiketnya. Satu jam kemudian, HP saya bergetar. Terpaksalah, Mystic Rivernya diakhiri. Baru hari ini saya tahu siapa pembunuh Katie Markum.

A friend: "Kamu gimana, sih? Masa nunggu orang sambil nonton? Mana filmnya emang yang pengen kamu tonton lagi!"
Saya (dalam hati): "Iya juga, ya?"

Friday, March 12, 2004

...

Apa yang kamu rindukan dari masa kecil?
Kalau saya, kemewahan untuk dimaklumi, kesempatan untuk menangis, guling-gulingan, teriak AAAAAAAAAAARRRRRGGGGGGGGGGGGGGGHHHH kapanpun saya mau. Anak kecil mana pun yang nangis sambil guling2an cuma akan mengundang kalimat, "Dasar anak-anak" atau "Anak siapa, sih?" atau "Untung bukan anak gue" atau "Jangan sampe.. gue punya anak kayak gitu". Coba kl saya yg begitu? Bisa dicap sinting.

Saya capek, lahir batin.
Ada bungkusan kosong yang sudah beberapa lama saya seret. Memang kosong, tapi kenapa semakin lama makin terasa berat?

Saya ingat artikel di Kompas Minggu kemarin. "Satu hari, perempuan akan terbangun dan bertanya, 'ke mana perginya diriku?'" Terlalu banyak yang diberikan, sampai tak tersisa ruang untuk diri sendiri.

Kemarin malam, waktu kepala sedang penuh-penuhnya, seorang teman menelepon, berkeluh kesah tentang pacarnya. Pengeeen... bgt bilang, "Gue sayang sama elo, tapi kl curhatnya besok aja gimana?" Tapi kalimat itu juga ngga keluar. Kalau sampai keluar, besok2 dia akan bertanya, "Waktu itu lo kenapa, Ey?" Dan sumpah, i'm not in the mood for explaining things.

Kota ini juga bertambah menyebalkan. Kerumitan yang tak berujung. Bising, kotor, bau, MACET(!!!!!!). Akibatnya, saya harus menunggu malam, baru pulang. Menghabiskan waktu di kantor (dan membuat redpel majalah tetangga berkomentar, "Eyi, kehidupannya cuma di depan komputer itu, ya?"), atau chatting di warnet (di kantor ga bisa chatting!), atau jalan sama teman, atau menghamburkan uang untuk hal-hal kecil yang saking kecilnya sampai membuat saya bingung di pertengahan bulan: 'Duit gue kemane aja, sih?'

Saya pengen sendirian, di tempat yang tenang (sekarang saya tahu kenapa saya betah berlama-lama di kamar mandi. itu satu-satunya tempat di mana saya benar-benar bisa sendirian).
........................
Nggak ah, saya pengen ditemenin. Tapi yang menemani ngga boleh berisik. Diam, diam saja. Jangan bersuara, jangan bertanya, jangan menjelaskan, jangan marah-marah, jangan apa pun juga. Duduk saja, temani saya. Diam.

Another Quiz

Hmmm....


Which HP Kid Are You?

Tuesday, March 09, 2004

WHAT?!?!

Pasti ada yang salah, nih...
(Btw, Pip, thanx ya)


I'm Joey Tribbiani from Friends!
Take the Friends Quiz here.
created by stomps.


Friday, March 05, 2004

...

Hati ini harusnya dibungkam
Atau disekap, dimasukkan karung, lalu dibuang ke pasar!

Wednesday, March 03, 2004

Sosok Tanpa Wujud

Pasti pernah baca Harry Potter, kan? Terus nonton filmnya juga? .... Btw, kenapa saya sering menyinggung Harry Potter di blog ini ya? Ya udah, ganti deh.

Pernah baca Lupus, dong? Filmnya juga nggak ketinggalan, kan? (Kok malah Lupus, sih?)

Bagi saya, bertemu orang-orang dari dunia maya itu seperti membaca novel, kemudian menonton filmnya. Saat membaca novel, kepala kita biasanya otomatis melukis sendiri para tokohnya. Buku yang sama akan menghasilkan ratusan, ribuan Lupus atau jutaan Harry Potter yang berbeda (sori nih, balik2nya ke Potter lagi). Lupus di kepala saya mungkin sama sekali tidak mirip dengan yang ada di kepala kamu.

Membaca blog orang lain juga begitu, setidaknya buat saya. Membaca satu blog (apalagi berulang kali) menimbulkan kesan, menciptakan gambaran. Mungkin bukan fisik, tapi karakter, pembawaan.

Tanggal 27-28 Februari kemarin, saya dapat kesempatan bertemu dengan dua belas orang blogger. Acaranya? Trekking ke Cibodas.
Waktu pertama kali ketemu 12 orang itu, saya heran sendiri. Gila, ternyata blog-blog itu memang ada yang punya. Ada sosok di balik setiap kata, kalimat, dan tanda baca di sana. Dan sosok itu sekarang berwujud.
Dari 12 orang, saya paling sering berkunjung ke blognya Atta, Roi, Balq, dan Serny (tp Serny jarang ngapdet :p). Saya juga beberapa kali ke tempat Iqbal, walau ga sering komentar. Belakangan, saya mampir ke blognya Mas Aip dan Ollie karena mau ikutan trekking, tapi belum sempet baca-baca banyak.

Atta, seperti orang-orang lain, saya juga kaget ngelihat kamu. Kalau dilihat dari blognya, Atta itu pasti kalem, jarang ngomong, penuh perenungan :) Ternyata oh ternyata, kamu rame banget, doyan ngakak, dan ngga ada matinya kl lihat kamera. Saya ketipu! Hehehehe...
Tapi kamu juga merasa ketipu sama saya, kan?
"Gue kirain lo tuh rame. Trus kl dilihat dari nama lo, 'eyi', gue pikir lo orangnya kecil."
Hehe, gimana kl kita tukeran blog aja, Ta?

Balq, kamu ngga jauh beda dari bayangan saya. Friendly, santai, doyan jalan (yg terakhir ini cuma kesimpulan dari gambar blognya aja sih). Anyway, makasih buat jadi EO trekking kemarin. Kamu cekatan banget. Bikin kopi, menyulap sandal putus jd nyambung lg (eh, kalo putus sama pacar bisa tolong disambungin juga ga? ;p), nawarin cemilan pas yg lain kecapekan. TOB!

Roi, terus terang saya nggak punya gambaran kamu itu seperti apa. Tiap kali mau nge-klik blog kamu, saya malah kebayang semangka merah di sudut kiri itu. Hehehe.. But it's really nice to finally meet you, satu-satunya orang yang saya kenal yang (dulunya) doyan minum air kolam.. Huihihihi.. Btw, saya gak ngelihat asapnya tuh..

Serny... Wah, yang ini sih ngga usah dikomentarin, deh. Kartunya udah di saya semua. Ya kan, Ser? ;)

Iqbal, nama blog kamu boleh 'hiddenhate', dan gambar blognya juga boleh serem, tapi ternyata kamu orangnya santai, gampang ketawa, dan kayaknya easy going. Gimana rasanya terus2an dijadiin model kayak kemarin?

Mas Aip, nama 'si aip' ini bikin saya ngira Mas Aip itu masih kecil. Cowok kelahiran 1980-an gt.. Heheheheh...sori ya. Sekali lagi, makasih karena Mas Aip dan Mbak Wiena udah mau direpotin kami-kami. Kalian berdua ramah2 dan baik banget. And wonderful hosts too!

Ollie, thank you buat tebengan pergi-pulangnya. Saya kagum banget sama stamina kamu. Jarang minum, langkah ringan, ga pake ngos-ngosan, masih bisa nyanyi-nyanyi dan nantangin saya buat ngerequest lagu!!!

Desy, Eko, Detta, Chipie, saya baru melongok ke blog kalian setelah kita ketemu kemarin. Kalau tadi saya pakai perumpamaan 'seperti baca Lupus kemudian nonton filmnya', buat kalian perumpamaannya adalah 'seperti nonton Ca Bau Kan kemudian baru baca bukunya'(apaan sih, Eyi???). Hehehehe..

Desy, kamu kalem banget, baik aslinya maupun blognya. Nggak tahu deh kalau sama si Abang. Hehehehe.. Makasih udah ngebawain payung saya. Waktu itu saya rebet banget ya? ;)

Eko, temen seperjalanan, kamu jauh lebih rame di blog. Kayak saya juga kali ;p (Hehe, takut diprotes Serny, nih). Thanx udah gantian nyetir sama Ollie sampe rumah saya. Keep in touch, ya.

Detta & Chipie, makasih banyak buat half hour show-nya. Ngelihat kalian milih2 sate aja udah seru! ;D Det, salam buat Om Akbar. Pesennya: Sing sabar, sing tawakal, Om..

Buat kalian semua, makasih makasih makasih. Kalian semua baik. Sori kalau saya bikin salah. Dan terakhir, kalau saya diem, jangan dikira nggak menikmati suasana. It's just me :)

Wednesday, February 18, 2004

?

Emangnya keterlaluan ya, kalau saya nggak ngeh *ua*a *e**a*ua* itu koran sore?

Tuesday, February 17, 2004

Musim Kawin

Iya, kan? Iya, kan? Sekarang musim kawin, kan? Coba hitung, berapa undangan yang datang beberapa minggu belakangan ini. Coba hitung, berapa banyak janur yang harus kamu lalui ketika sedang menuju tempat resepsi perkawinan seorang teman atau kerabat.

Teman-teman saya menikah, teman-temannya teman-teman saya menikah, sepupu-sepupu saya menikah, adik saya...rencananya juga menikah tahun ini.

Mungkin karena bulan haji. Bulan baik. Mungkin karena Valentine juga. Love is in the air. Mungkin karena umur. Katanya, umur segini memang sudah sewajarnya mendapat undangan lebih banyak dari biasanya.

I always love wedding. Satu-satunya yang nggak enak cuma menanggapi pertanyaan, "Mana cowoknya? Kok nggak kelihatan? Kapan nyusul? Udah ada calon, belum sih?"

Truz, mungkin karena terbawa suasana, semua orang tiba-tiba gatel jadi mak comblang dadakan.

Percakapan langsung I
Bokap: "Tadi di pesta, Tante *** nanyain kamu, Ey. Katanya, 'Si Eyi udah lulus, kan? Udah kerja? Jodohin aja ama anak gue.' "
Nyokap: "Ah, mama ngga mau besanan sama dia. Nyebelin. Pokoknya kamu jangan sama anaknyalah."
(yee...yang mau juga siapa?)

Percakapan langsung II
Nyokap (lagi): Temen mama, Tante **** dari kemarin2 pengen ngenalin kamu ke anaknya. Dia udah tiga kali ngomong, lho!

Percakapan langsung III
...sekonyong-konyong...
Temen kantor: Kamu mau nggak, aku kenalin sama adiknya pacarku?
(Hah? Lho, kok tiba-tiba ngomong gini?)

Via telpon
temen SMA: Hai, Ey. Bla bla bla bla bla... Eh, si ITU kabarnya gimana? Oh, udah putus? Wah, bagus dooong.... Berarti gue bisa ngejodohin elo sama si *****. Aduuh, dia tuh anaknya baiiiik... banget.

Via YM:
temen kuliah: blablabla..
larilarikecil: blablablabla..
temen kuliah: Lo sekarang lagi ada cowok, nggak?
larilarikecil: Hehehe, nggak.
temen kuliah: Mau nggak gue kenalin sama temen gue?

neruifhcweutgfirjwhfwioaj?!?!?!?!?!

Lagi ada apa, sih? Do I miss something here?

Monday, February 16, 2004

In Love with the Past

"Kok tanda tangan lo arahnya dari belakang ke depan, sih?"
Kalimat ini sering terlontar kl ada yang melihat saya menandatangani sesuatu.

"Iya. Soalnya gue orang yang ga pernah bisa melepas masa lalu. Maunya noleh ke belakang."
Ini jawaban saya. Bercanda, sebenarnya. Tapi kalau dipikir-pikir, ada benernya juga.

Nggak tahu kenapa dan kapan sadarnya, saya suka berbagai hal yang berkonotasi 'lama', 'kuno','jebot'.

Saya pecinta buku bekas. Selain murah (ini kecintaan saya satu lagi: cinta BARANG MURAH!), saya suka pemikiran bahwa buku itu pernah dimiliki orang lain -entah siapa, di satu tempat -entah di mana, pada satu waktu, -entah kapan. Bukannya tidak senang dengan buku baru yang bersih dan masih dalam plastik, tapi ada sesuatu dari halaman-halaman kecoklatan yang aromanya khas dan kadang menyisakan jejak si pemilik lama.

'Nickolas, Michael, London 84' - dari buku kumpulan cerita HC Andersen
(London? Lalu bagaimana si buku bisa sampai di Depok? Mm... mungkin Nickolas dan Michael itu anak diplomat yang ayahnya ditugaskan di Indonesia. Atau mereka kebetulan sedang berlibur di Indonesia. Waktu kembali ke London, buku itu tertinggal di kamar hotel lalu ditemukan seorang roomboy yang kemudian menjualnya beserta koran-koran lama. Lalu si buku berpindah dari satu tangan ke tangan lain sampai akhirnya saya beli dalam sebuah bazar buku di kampus FISIP UI tahun '99. Atau mungkin sejarahnya sama sekali lain dari yang saya bayangkan. Siapa tahu?)

'Untuk Kariani yang lagi nganggur. Semoga suka bukunya. Luv,... (tanda tangannya nggak kebaca), 14 Februari 89' - dari "13 Espionage Stories"
(14 Februari? So maybe this is a valentine's gift? .... Kariani marah karena dikhianati pacarnya, lalu semua barang pemberian si pacar dikumpulkan di halaman belakang untuk dibakar. Sedetik sebelum menuangkan bensin, adik laki-lakinya yang berpikiran praktis dan agak materialistis melempar ide: "Ngapain dibakar? Mendingan dijual semua, terus duitnya buat makan-makan, deh."
Atau.. Kariani ternyata menikah dengan pria lain. Satu malam sang suami menemukan buku itu dalam kardus, "Lho, Ma? Kok kado valentine dari si kampret masih disimpen sih? Aku nggak mau tahu, pokoknya buku ini harus disingkirkan!!!
Atau... mungkin tak ada kaitannya dengan Valentine sama sekali. Masa kado Valentinenya buku tentang spionase, sih?)

'Liem Ie Nio, 1954' - dari "Christmas Carol", Charles Dickens (1954? Mama saya bahkan belum lahir)


Saya penikmat musik oldies. Sampai sekarang, saya tidak tahu banyak soal siapa menyanyikan apa, lagu ini dipopulerkan tahun berapa, dst, tapi setiap mendengar lagu jaman dulu, saya selalu senang. Walau nggak sesenang itu sampai rela berburu ke mana-mana...(pikir-pikir, saya memang tidak pernah BENAR-BENAR suka dengan satu jenis barang sampai jadi kolektor fanatik)


Saya penggemar film-film lama, terutama film Indonesia tahun '70-an, terutama lagi yang bintangnya Rano Karno. Rasanya nggak pernah bosan menonton "Gita Cinta dari SMA" dan sekuelnya, "Puspa Indah Taman Hati". Tiap kali diputar di TV, saya pasti nonton. Saya juga suka film-filmnya Ateng & Iskak, apalagi "Ateng Minta Kawin". They're just terific. Terus, saya nggak pernah kapok nonton Warkop versi mahasiswa. Meskipun sudah hapal di mana bagian-bagian lucunya, masih bisa ketawa.
Saya suka "My Girl", "Forest Gump", "Grease", salah satunya karena settingnya lama.


Saya TERAMAT SANGAT TERTARIK SEKALI dengan ide penjelajahan waktu; mesin yang melintasi batas dan ruang. Kalau suatu hari mesin semacam itu tercipta, saya rela jadi kelinci percobaan. Dan daripada mengintip masa depan, saya lebih ingin kembali ke masa lalu.


Saya jarang membuang barang. Alasannya: kenangan. Saya punya botol minyak kayu putih kosong yang sudah 10 tahun saya simpan karena si botol mengingatkan saya akan satu minggu menyenangkan yang pernah saya alami. Saya punya pensil 2B super pendek yang saya pinjam dari seorang kecengan di bangku SMP. Saya menyimpan surat, tiket kereta, tiket bioskop, segepok struk wartel, bahkan bon makan; Semua yang mengingatkan saya pada pacar pertama.


...
So I guess, if I had to be one of the character in Charles Dickens's Christmas Carol, I'd choose 'the Ghost of the Past'.

Tuesday, February 03, 2004

Jagain Mbak War

Di depan rumah saya ada neon box biru putih bertuliskan Wartel Global Com. Kapan tepatnya si neon box itu berdiri di sana, saya lupa. Wartelnya sendiri, kalau nggak salah, dari tahun 2000. Ekses krisis moneter. Waktu itu si bokap terpaksa jual beli mobil (iya, jual mobil, beli peralatan wartel).

Karena namanya Global Com, banyak orang yang ketipu. Awal-awal buka, banyak yang masuk dan celingak-celinguk, "Internetnya di mana, Mbak?" Pas dijawab, "Nggak ada", mereka nanya lagi, "Kok namanya pake 'com'?"

Jagain wartel itu seperti ngejaga bayi. Nggak bisa ditinggal, maksudnya. Sejak ada wartel, kami sekeluarga jarang pergi dengan formasi lengkap. Minimal harus ada satu orang yang tinggal buat jaga wartel. Puncaknya, Lebaran kemarin, saya dan adek nggak ke mana-mana pas hari pertama. Alasan nyokap, "Sayang kl wartelnya ditinggal. Lagi rame, nih." Saya nyengir, adek saya ngamuk.

Jaga wartel itu mesti sabar, terutama menghadapi mereka yang udah nelpon tapi nggak bawa uang :p Kejadian ini cukup sering. Ada yang uangnya kurang dikit, ada yang kurang banyak (biasanya yang model gini harus ninggalin KTP). Trus mereka sambil senyum malu-malu akan berkata, "Bentar ya, Mbak. Saya ambil duit dulu." Banyak yang balik, ada juga yang nggak. Ada juga IBU-IBU(!!) yang setelah menelepon puluhan ribu (!!!) bisa dengan santainya ngomong 'nggak bawa uang'. Diminta ninggalin KTP, nggak bawa KTP. Nah, lho! Lain lagi nih orang! Begitu kami nyerah dan bilang, "Ya udah, deh, Bu", dia bukannya keluar, malah masuk KBU lagi. "Lho lho lho? Ealah..Bu, kok malah mau nelpon lagi?!?!?"

Jadi penjaga wartel kadang-kadang terasa seperti bartender atau bencong salon, yang banyak denger curhatan pelanggan. Selama kami sekeluarga gantian jaga, udah banyak cerita yang kami tampung. Saya sendiri beberapa kali menangkap basah beberapa perempuan yang nangis pas nelpon atau setelah nelpon (pengen banget bisa sekadar nyapa, 'kenapa, mbak?' tapi belum tentu dia suka ditanya, kan?).
Waktu itu, malam-malam, ada cewek datang dan ngakunya sih sedang dikejar-kejar orang. Dia sembunyi sekitar setengah jam di balik meja wartel, sambil nelpon temennya, minta dijemput. Kepalanya pakai wig, kakinya tidak beralas, tubuhnya dibalut tank top, dan pakai celana ketat (bukan mau menghakimi, ini cuma penggambaran cewek itu :p). Untung, dia akhirnya dijemput temannya.

Yang agak serem (minimal buat saya) juga ada. Waktu itu ada bapak-bapak datang. Nyokap yang kebetulan lagi jaga. Setelah curhat bla bla bla tentang kondisi rumah tangganya, dia tahu-tahu ngomong, "Gimana kalau saya bunuh aja istri saya, Bu?" Waaaaaaa......

(Tx, Don)

Friday, January 30, 2004

Pe eR 2004

Tahun 2004 ini, Pe eR saya adalah 'to be more impulsive'.
Caranya begini:
1. Belajar bilang TIDAK ketika pengen bilang TIDAK
2. Belajar NONJOK ketika emang pengen NONJOK
3. Belajar untuk MARAH-MARAH ketika lagi pengen MARAH
4. Belajar bilang, "DIEM LO, BANGSAT!" ketika orang yang sedang bicara itu memang sudah harus dibungkam

Di blog ini Isman pernah berkomentar, "Being an emotional bulimic is never a good thing". Iya juga, ya. Tapi buat saya yang sudah hampir seperempat abad hidup dengan menelan hampir semua emosi negatif, 'being an emotional bulimic' really is an achievement.

*Sigh* Right now I just want to explode..

Monday, January 26, 2004

Kayaknya Bener, Deh ;)

You're Sensitive and you'd like to stay that way..
-Sensitive- You're Sensitive, and you'd like to
stay that way. Sorry,listened to a bit too much
Jewel there. You're sweet and very emotionally
charged. You definitely love the person you're
with, and always want to know how they're
feeling so you can make sure they're happy.

What Kind of Girlfriend Are You?
brought to you by Quizilla

Tuesday, January 20, 2004

Bete II

Semalam, di rumah...

Masuk kamar, ganti baju, *GUBRAK*, tidur..
...................................
"Ey, bangun Ey. Ada Ally McBeal."
"Hmmm.."
"Ally McBeal, Ey!"
"Mmmm.."

Pagi ini, di kantor...

"Kemarin gue mau SMS elo, I'. Kan Sting jadi bintang tamu di Ally McBeal."
"HAH! STING?!!? DI ALLY MCBEAL?? HUAAAAA.... NYESEEEL.."

Bete I

Kalau saya nggak bisa memahami seseorang (dengan kelakukan tertentu yang tidak terlalu menyenangkan), saya lalu berusaha sekadar maklum. Biasanya berhasil.
Tapi kadang-kadang -seperti sekarang, misalnya- memaklumi terus-terusan itu CAPEK!!!! Bikin BETE!!!!!

Friday, January 16, 2004

Tea in the Sahara

My sister and i, have this wish before we die. And it may sounds strange. As if our minds are deranged. Please don't ask us why. Beneath the sheltering sky. We have the strange obsession. You have the means in your posession.

Tea in the Sahara with you...
Tea in the Sahara with you...

The young man agreed. He would satisfy their need. So they danced for his pleasure. With the joy you could not measure. They would wait for him here. The same place every year. Beneath the sheltering sky. Across the desert he would fly.

Tea in the Sahara with you...
Tea in the Sahara with you...

The sky turned to black. Would he ever come back. They would climb a high dune. They would pray to the moon. But he'd never return. So the sisters would burn. As their eyes searched the land. With their cups still full of sand.

Tea in the Sahara with you...

Beberapa hari yang lalu, di kantor, waktu kepala saya pusing dan hidung meler, lagu ini mengalun terus-menerus di kepala. Setiap buka mulut untuk nyanyi, yang keluar cuma "tea in the Sahara with you.., tea in the Sahara with you.." I couldn't think of any other song! Judulnya -seperti reffrainnya- Tea in the Sahara. The Police, best band evah'! Saya cuma pernah dengar satu album, Greatest Hitsnya, dan nggak ada satu pun lagu di album itu yang saya nggak suka.

Saya baru tahu The Police tahun 1999. Seorang laki-laki memperkenalkan mereka. Dari laki-laki itu juga, saya yang waktu itu cuma tahu lagu-lagu top forty, jadi ngeh sama grup-grup band dan penyanyi lama: The Who, The Doors, ELP, Deep Purple, Led Zeppelin, Matt Monro (ooh, I love his song: "Softly as I Leave You"), John Denver (and I'm KREEZZZYY of "Annie's Song"!!!), Sinatra...

Sekarang, setelah empat tahun putus dari dia, kami sudah benar-benar jadi sahabat. Semua perasaan, keinginan, impian, sudah lama lenyap. Tapi ternyata -selain kenangan- ada satu yang dia tinggalkan buat saya. Satu yang sampai sekarang nggak bisa lepas.

Tea in the Sahara with you...
Tea in the Sahara with you...

(But actually..., I'd rather have coffee :p)

Friday, January 09, 2004

DIAM!

Bila hanya diam aku tak tahu. Batu juga diam kamu kan bukan batu. (Ya atau Tidak, Iwan Fals) Bagaimana bisa mengerti. Sedang kita belum berpikir. Bagaimana bisa dianggap diam. Sedang kita belum bicara. (Awang-awang, Iwan Fals) Aku coba untuk tak merasa. Hindari kejamnya dunia. Namun senantiasa. Menjadi khayal semata. Kau diam ... membisu ... (Diam Membisu, Betrayer) Takkan diam, diam, diam. Kan diam, diam, diam. (Takkan Diam, Vessel) Kau marah padaku, aku diam. Kau maki diriku, aku diam. Kau ludahi aku, aku diam. Kau usir diriku, aku diam. ...Kau tunjuk mukaku, aku diam. Kau hina diriku, aku diam. Kau jambak rambutku, aku diam. Kau paksa ku berbuat, ku tak diam. (Diam, Potret) Berapa lama diam . Cermin katakan bangkit. Pohon-pohon terkurung. Kura-kura terbius. (Panggilan dari Gunung, Iwan Fals) Kuletakkan sejenak beban memberat. Duduk diam pikiran mengawang. Ternyata langit tak sebiru dulu. Kita alpa terabaikan selalu. (Dunia Baru, KLa Project) ...Untuk seorang teman -suami satu istri, ayah dua anak- yang sudah seminggu ini diam.

Thursday, January 08, 2004

SMS (Menye-menye 2)

Sesaat sebelum menyebrang, pahaku bergetar. Bukan, itu telepon genggam dalam saku celana. Keypad active..., opening... (sebentar lagi, sebentar lagi..) DUAR!!!! Tubuhku melayang. Jauh, jauh. Sebelum semuanya, menghilang dari pandangan, menjelma kenangan, cuma satu, hanya satu yang mengganggu pikiran: SMS tadi, adakah itu kamu?

... Buat Kamu (Menye-menye 1)

Ada yang kurang malam itu. Malam itu, ketika wajah kita berhadap-hadapan dan satu bola api besar kaugulirkan. Iya, malam itu. Ada yang lupa, belum, akan segera terlontar kini. Dan kalau kamu bertanya, "Buat apa lagi?", maka jawabnya... Jawabnya... Apa ya? Mungkin..., "supaya kamu tahu" atau "siapa tahu." Jelasnya, saya tidak tahu. Apa masih ada gunanya? Mungkin tidak. Tapi bagaimanapun, kalimat ini seharusnya terucapkan. Mungkin..., hanya mencoba menyempurnakan ketidaksempurnaan sebuah lingkaran malam. Sepotong kalimat, suatu perintah, sebentuk permohonan, atau sekadar ujaran: ... jangan pergi.

Tuesday, January 06, 2004

Heart that's Not So Smart

Melihat bulan selalu membuat perasaan saya lebih baik. Menikmati celoteh si adik bungsu selalu membuat perasaan saya lebih baik. Menyimak JK Rowling mempermainkan nasib Harry Potter selalu membuat perasaan saya lebih baik. Menonton Warkop DKI versi lama selalu membuat perasaan saya lebih baik. Memuntahkan segala yang ada di hati...kadang-kadang membuat perasaan saya lebih baik. Jadi lihat, nikmati, simak, tonton, dan muntahkan saja, Ey, sekarang. Agar perasaan, jadi lebih baik.

Friday, January 02, 2004

Harusnya Gue Tinggal di New York!

Ke mana malam tahun baru? Buka kamar, party di Salsa, makan malam bareng keluarga, main kembang api, ngumpul di Monas? Kemarin, 31 Januari 2003, semua orang seperti sudah punya rencana. Saya belum, dan tidak punya rencana. Ada teman-teman yang ngajak ketemu, tapi itu pun masih ngambang, dan kami sama-sama nggak punya ide mau ke mana. Sore-sore, ketika satu persatu orang kantor mulai silam, saya baru sadar: Saya kan belum, dan tidak punya rencana? Tiba-tiba, waktu ngeliat Imel -anak majalah tetangga-, keluarlah kalimat yang sebenarnya sudah mengendap di kepala sejak beberapa hari yang lalu, "Lari yuk, Mel!" (Dia memang partner lari bareng di Senayan) Jawaban Imel -tentu saja- adalah, "HAH? SUMPE LO?" Kemudian dia -tentu saja- menyampaikan berita ini pada kroni-kroninya, "MASA SI EYI NGAJAK JOGGING HARI INI!!!" Dan mereka semua -tentu saja- langsung mengeluarkan kalimat-kalimat yang merupakan campuran antara gak percaya, ngetawain, plus rada kasihan, mungkin. Padahal apa yang salah, coba? Tapi kalau kalimat ini dimuntahkan, jawabannya pasti, "Joggingnya sih nggak salah......, tapi di malam tahun baru???? Ya udah, saya pulang. Sekitar satu jam sebelum tengah malam, saya ketiduran. Nggak ada resolusi tahun baru, nggak pake merenung, nggak bikin kaleidoskop tahunan seperti dulu-dulu. Tidur aja, bablas..... Siangnya, 1 Januari 2004, di SCTV ada liputan tentang perayaan tahun baru di New York. Ribuan warga NY ternyata melewatkan malam pergantian tahun dengan......LARI BERSAMA!!!!!!! TUUUH, KAN!