Friday, September 21, 2007

Tuhan dalam Sekantung Buah Plastik

Membaca posting salah satu pengarang favorit saya -Dee- di 'sini' membuat saya berpikir, dan juga teringat akan sesuatu.

Dua pertanyaan itu: Apa itu Cinta? Apa itu Tuhan?

Bagi saya, menjawab pertanyaan pertama kini lebih mudah.
Cinta adalah Pendar, love is Pendar. Titik.
Saya tidak menjelaskan lebih panjang atau lebih baik dari itu.

Dan Tuhan?
Tuhan saya muncul dalam kenangan tentang sekantung mainan buah plastik yang dibeli ibu di pasar pagi Rawamangun.

Waktu itu saya masih SD. Kelas berapa tepatnya, saya lupa.
Saya sedang bermain di rumah saudara sepupu di bilangan Kelapa Gading. Kakak sepupu saya itu punya sekantung mainan buah-buahan plastik. Saya lupa apa saja buah-buahannya. Mungkin ada apel, jeruk, pisang... Standar.
Entah kenapa -mungkin karena pada dasarnya saya doyan makan?- saya sangat terkesan. Saya ingin, sangat ingin punya mainan yang sama. Tapi bagaimana caranya? Saya tak punya uang. Saya tak pernah diberi uang jajan sewaktu masih SD – kecuali kalau ibu bangun kesiangan dan tidak sempat menyiapkan sarapan.

Malamnya, sebelum tidur, setelah berbaring di ranjang, saya memejamkan mata dan berdoa dalam hati: “Allah, Eyi pengen mainan buah-buahan plastik seperti punya Uni Meitia. Amin...”

Tepat keesokan paginya, kami sekeluarga -ibu, ayah, saya dan adik perempuan- pergi ke pasar. Sementara ibu belanja, ayah mengajak saya dan adik menunggu di warung Padang dalam pasar. Rasanya baru sebentar, ibu sudah muncul lagi sambil menenteng sekeranjang belanjaan. Dia lalu menyodorkan sesuatu pada saya. “Ini buat Eyi.”

Itu dia. Tepat seperti yang saya minta tadi malam pada Tuhan. Sekantung mainan buah-buahan plastik. Mainan itu nyata, saya menggenggamnya.

Saya takjub. “Kok cepet banget, Tuhan?”


Tahun-tahun berlalu.
Dalam perjalanan waktu, sejak peristiwa buah plastik itu hingga sekarang, saya pernah meragukan perintah salat, konsep surga-neraka, perhitungan pahala-dosa dan entah apa lagi.

Tapi saya tak pernah mempertanyakan Tuhan. Saya tahu Dia ada di dekat saya: melihat, mendengarkan—bahkan kalimat yang tak terucapkan, memahami dan menjawab...

Friday, September 14, 2007

Penggoda Iman

A, beliin aku tas ini dooooooooooooong....... ;D

Ramadhan Berpendar

Ketemu Ramadhan lagi. Alhamdulillah... Mohon maaf lahir batin. Selamat puasa buat semua yang menjalankan, ya... Ramadhan tahun lalu -karena hamil, melahirkan lalu menyusui- saya sama sekali tidak berpuasa. Ramadhan tahun ini menyenangkan, karena saya sudah bisa ikut puasa lagi dan karena Pendar sebentar lagi genap satu tahun.

Iya lhooo..., Pendar sudah besar sekarang, sudah 11 bulan. Tanggal 4 Oktober besok, Insya Allah dia ulang tahun. Saya ingat, setahun lalu sewaktu Pendar baru lahir saya kena 'baby blue'. Tiap hari rasanya capek, bete, ngantuk, gerah (waktu itu cuaca lagi sepanas neraka!). Sekarang saya kena 'baby bright red'. Tiap hari -asal bareng Pendar- rasanya senang-riang-suka-suka hura-hura. Saya masih sering merasa capek -apalagi karena dia sudah lincah banget- dan masih kurang tidur, tapi kalau melihat dia ketawa-tawa, rasanya kok ya pengen ketawa juga :)

Banyak cerita tentang Pendar yang terlewat, tak saya tulis di blog atau di agenda dan saya juga yakin tidak sedikit yang sudah terlupakan. Well, supaya tidak lupa lebih banyak lagi, lebih baik langsung ditulis di sini:

::: Pendar sudah bisa melangkah, tapi dipegangin. Senangnya..., semoga sebentar lagi bisa jalan sendiri ya, Nak.

::: Pendar anak gaul. Hehehe... Iya lho, dia senaaaaang... sekali kalau melihat anak kecil / bayi lain. Kalau kami ke rumah sakit buat imunisasi, dia suka teriak-teriak dan nunjuk-nunjuk anak lain. Dia juga paling hobi ngebolak-balik Majalah Ayahbunda dan melihat foto 'Dede-dede' atau 'Kaka-kaka'. Biasanya saya akan bilang, “Cium dedenya... Sun sayang dedenya dong.” Pendar lalu akan membungkuk, terus cuuup... foto si dede dicium deh :)
Eh, tapi Pendar malu-malu kalau ketemu orang gede. Kalau lagi digendong dan ada yang nyapa, kepalanya pasti langsung ditempel ke dada saya, trus mukanya nunduk. Hehehe :)

::: Pendar doyan nonton iklan. Mungkin semua anak kecil begitu, ya? Pendar bisa tidak berkedip kalau nonton iklan di TV, terutama yang bintang iklannya anak-anak. Dia paling suka iklan Dancow: “Sudah malaaam... Ikan bobooook... Ade nggak bobok?” Sehabis iklan, dia senyum-senyum sendiri.

::: Pendar bisa main cilukba. Saya baru sekali lihat, tempo hari bareng Yangti, Angku dan Om Zaki. Pas dibilang 'ciluuk...', dia nutup mata dengan kedua tangan. Begitu buka mata, kami langsung teriak 'baaa!!!

::: Pendar... ganteng! Huhuhu, tempo hari waktu Pendar diajak angku jalan keluar rumah, terus ketemu anak tukang sate yang dagang dekat rumah, dia menyapa “Ooh.. ini cucunya ya, Pak? Aduuh, gantengnyaaa...” Banyak juga yang begitu melihat Pendar langsung menebak, “Cowok, ya?” Yang masih 'agak' sopan biasanya bertanya dulu, “Ini cewek atau cowok sih?” Uhuk uhuk uhuk..

::: Pendar bisa bilang Mama dan Papa (meskipun kami ngotot mau dipanggil ayah bunda). Ini sih sudah bisa lama. Kemarin, pukul dua dini hari, dia tahu-tahu bangun dan ngoceh, “Mama ma ma ma ma... Papa pa pa pa pa...” Waktu saya jawab, “Bilang 'ayah' bisa ngga, Dek? Coba 'A-yaah...' “ Pendar langsung teriak “PAPAA!” Huihihi. Mungkin dia pikir “Suka-suka gue, dong. Ngatur-ngatur aja lo.”

Bunda love Pendar. Muah muah Adek Pendar!