Friday, January 05, 2007

Pendar Ramadhani Anitya

I'm back!

Akhirnya, setelah cuti melahirkan, minggu kemarin saya mulai kembali ke kantor, balik ke dunia nyata, meninggalkan bayi perempuan yang kini genap berusia tiga bulan di rumah.

Pendar Ramadhani Anitya namanya.
Saya yang memberi nama :)
Lahir di Jakarta, 4 Oktober 2006, 00:55 WIB.
Beratnya 3,285 kg, tinggi 48 cm.

I'm glad I came up with this name.
Saya suka kata itu: 'pendar', 'berpendar'. Semakna dengan 'cahaya', 'sinar', 'nur'.
Semoga kelak dia menjadi pendar dalam kehidupannya sendiri, syukur-syukur dalam kehidupan orang lain juga. Yang jelas, sebelum lahir pun dia sudah berpendar dalam hati saya, hati kami-orang tuanya.

Sayangnya, TERNYATA tidak semua orang pernah mendengar kata 'pendar'.
Seorang teman lama mengirim SMS yang isinya kira-kira: “Selamat atas kelahiran adik PENDRA”. Tadinya saya kira dia salah ketik atau bercanda, tapi ternyata dia serius. Serius salahnya :P Seminggu setelah itu, dia mengirim SMS lagi: “Eyi, gue mau ke rumah lo. Mau nengok PENDERA.” Ealah..., salah lagi. Sewaktu saya balas SMS-nya dengan “PENDAR, tauuuu....”, dia malah menjawab, “Ganti aja deh, nama anak lo. Biar gue ngga salah terus.” Huhuhu, asal-asalan...

Bukan cuma dia. Mertua saya -abah dan nek'nya Pendar- juga bingung mendengar nama itu. “Artinya apa? Nama dari mana?”


Buat saya, melahirkan Pendar mungkin the highest point of this year – or maybe of 27 years :)

Apa saja yang berubah setelah melahirkan Pendar? Well, di antaranya....:

1. Sekarang saya paham kenapa Malin Kundang dikutuk ibunya (Huehehe... kidding)
2. Saya berubah jadi ibu-ibu pekerja lainnya di kantor: Datang cepet, pulang cepet. In my case, datang jam setengah tujuh pagi, pulang jam empat atau setengah lima. Tamat sudah karier Eyi Si Perempuan Malam :D
3. Kalau jalan-jalan di mal (which I rarely do), rasanya resah dan gelisah. Keingatan Pendar yang dijaga ibu di rumah. Gulity feeling karena merasa saya seharusnya di rumah supaya Pendar bisa dapat ASI dan bukan susu formula.
4. Melihat-lihat baju di toko masih tetap menyenangkan, tapi sekarang ada suara di kepala “Nanti-nanti aja, deh.” Tapiiii.... kalau kepentok di toko perlengkapan bayi, rasanya betah berlama-lama. Segalanya terlihat lucu, semuanya bagus dan bikin mau beli :D
5. Saya lebih menghargai perempuan-perempuan yang sudah jadi ibu. Serius, sesaat setelah melahirkan Pendar, rasanya saya ingin menyalami semua perempuan istimewa itu sambil berkata “Baagoooooos... Huebaaaat...”. Khusus yang anaknya banyak, saya sembah sekalian aja-lah! :D Hihihi, hiperbolik deh..
6. Dulu, kalau melihat ibu-ibu yang bawa bayinya ke tempat umum, saya cuma membatin “Iiih.. bayinya lucu ya..” Nggak mikir macam-macam. Tapi kemarin sewaktu melihat anak bayi yang dibawa ke ITC, saya malah kasihan, “Duh... orang sebanyak ini.. Banyak virus, banyak kuman, banyak yang ngerokok, banyak yang batuk pilek... Semoga bayinya kuat.”

.................................................

Saya sudah harus mengakhiri posting ini, tapi belum ketemu kata-kata penutup yang pas (alah!). Masih banyak yang mau diceritakan, tapi nanti aja deh.

Dadah yuk bye bye
(hehehe, hi aa) ;)