Wednesday, May 20, 2009

Happy 30th B'day Dear Me! :) (04/04/09)

Apa yang kamu lakukan untuk merayakan ulang tahun ke-30? Saya –si melodramatic fool, hopelessly romantic kinda girl-- tidak ingin pergantian ke kepala 3 ini berlalu begitu saja. Sudah terlalu banyak ulang tahun yang pergi tanpa kesan, tak meninggalkan jejak di ingatan. Ada yang bilang, kalau sudah dewasa, ulang tahun seperti hari-hari biasa, just another day goes by. Well, not for me, Mister! At least not this year.

Jadi, inilah yang saya lakukan:
Saya menyusun daftar dan memberikan hadiah pada orang-orang yang telah mengisi hidup saya selama 30 tahun ini.
Ada 19 orang dalam daftar saya. Ini adalah ucapan terima kasih. Berkat merekalah saya ingin tinggal lebih lama di dunia (meminjam istilah Om Pidi Baiq). Ketika bersama mereka, hari-hari selama 30 tahun penuh warna-warni :)

Bagi saya, ini ide yang sangat menarik. Tak sekadar memberi hadiah, saya bisa punya 'alasan' untuk bertemu dengan teman-teman lama. Menemui teman seharusnya tak perlu alasan ya, tapi ketika ada alasannya, semangat bertemu jadi lebih kuat.
Dan saya sangat menikmati prosesnya. Menikmati reaksi mereka: heran, kaget, senang, haru...

Karena ini ulang tahun saya, hadiah yang saya bagikan adalah benda-benda yang saya sukai—bukan yang mereka sukai. Tentu saja, saya juga berharap mereka suka. Tak satu pun menerima hadiah yang sama. Jenisnya mungkin sama, tapi bendanya berbeda: Buku, notes, CD film dan musik, aksesori, dasi, Facebook page, dan sebuah posting khusus di blog.

Posting laporan proyek ulang tahun ke-30 ini begitu panjang. Saya butuh waktu 4 hari untuk menuliskan penerima hadiah saya satu demi satu. Saya ingin memamerkan mereka pada dunia. Setidaknya dunia maya :)
Inilah mereka. Masing-masing dengan hadiah yang saya berikan (oya, kalau di foto-foto ini saya bergaya dengan tangan membentuk simbol oke seperti Pak Bondan Mak Nyus, itu maksud sebenarnya adalah 'angka 30', seperti umur saya ;P )

Inilah cerita mereka. Dan cerita mereka, adalah juga cerita saya. Saya sepertinya sedang bercerita tentang mereka, tapi sebenarnya saya lebih banyak bercerita tentang diri saya. Bila kamu tak punya banyak waktu untuk membaca semuanya, maka bacalah cerita di bagian Andre. Di sana saya bercerita tentang satu masa menyenangkan yang mungkin lebih menyenangkan bila dibagikan. Atau bacalah posting saya untuk Pendar, one of my favorite post of all time.

Buat kalian, para penerima hadiah Ulang Tahun ke-30 saya:
Sekali lagi, terima kasih. Sekali lagi, tolong doakan saya, supaya selalu bahagia, riang gembira, penuh suka cita dan banyak cerita :)

I luv you all.
I luv you pol.

Kalian semua..
adalah..
mantra patronus saya

:)

-eyi-


Here we go!:

Mama & Papa:
Beribu terima kasih, maaf, dan I love you. Sejak dulu, rasanya saya bukan anak yang terlalu dekat dengan orang tua. Banyak yang saya protes (baik diutarakan maupun tidak) dari cara, sikap atau prinsip mereka. Tapi sejak punya anak, paling tidak saya bisa memandang dari sudut mereka.
Untuk Mama Papa, saya berikan VCD Laskar Pelangi. Saya tahu mereka tertarik sekali menontonnya sejak Andrea Hirata tampil di acara TV Kick Andy. Papa saya terkesan sekali dan dengan semangat membaca buku tentang kisah sukses di balik novel Laskar Pelangi. Meskipun begitu, dia belum pernah baca novelnya sendiri (dari dulu saya berjanji meminjamkan, tapi belum-belum juga). Mama saya ingin sekali nonton filmnya. So I hope they will enjoy the movie.

Rommy Rustami alias Aa alias Ayah:
Mantan pacar:) Sekarang jadi suami dan ayahnya Pendar. Inilah laki-laki pertama yang memperlakukan saya sebagaimana saya ingin diperlakukan. He loves me the way I wanted to be loved. Dalam beberapa sisi, kami berbeda 180 derajat. Dia sangat disiplin, saya huahahaha jangan tanya. Dia on time, saya... jangan tanya lagi. Dia salat dan baca AL Quran tiap hari, saya bolong-bolong dan jarang baca Quran. Sebelum menikah, saya datang ke kantor pukul 10-an tiap hari. Sejak menikah, saya datang pukul setengah tujuh pagi! Mungkin karena itulah, Tuhan mempertemukan kami. Supaya hidup saya agak sedikit teratur :)
Sebaliknya, dalam beberapa sisi lain, kami sama 360 derajat (ya kan?:p ). Terlalu sama, kadang-kadang. Antara lain, kami tidak nyaman di lingkungan baru, meskipun bisa sama-sama nutupin. (Dan sekarang sedang sama-sama tidak nyaman di lingkungan lama pula ya A? ;> )
Dia lebih suka masak daripada saya. Dan kalau masak, lebih enak dari saya juga tentunya. Bahkan menurut saya, cooking IS his passion (karena selama ini dia bingung apa passionnya).
Buat Aa, sehelai dasi silver. Menurut saya, dia terlihat lebih ganteng (ahem) kalau pakai kemeja dan jas hitam. And it goes with silver tie, rite? (jadi kapan doooong... family shoot di studio, Aaa?? )

Donna Soraya Saraswati:
Donna, adik kandung saya, adalah sahabat pertama dan terlama yang saya miliki. I was her roommate for 26 years! I literally grew up with her. Donna adalah orang pertama yang merasakan dampak langsung dari “imajinasi” dan “kreativitas” (diberi kutip tentu bukan tanpa sebab ;P ) saya.
Donna lulus dari D3 Penyiaran UI dengan predikat cum laude, lulus dari extension S1 Komunikasi UI dengan IPK di atas 3, dan ketika melamar jadi reporter di satu stasiun TV mendapat nilai tertinggi untuk tes tertulis. Kamu tahu apa cita-citanya? Dia pengen jadi ibu rumah tangga. Dan itu yang dijalaninya sekarang dengan sepenuh hati dan riang gembira. :D
Buat Donna, for those fond memories we share together: DRIMS, Linda-Landa, sekolah berasrama, cerita-cerita detektif, orang-orangan kertas, Nina dan Ibu Guru, koleksi buku Tini, Hero Plaza dan MM, si handsome dalam bus antarkota, si kiyut yang membuat kita (atau hanya saya?) semangat tarawih di Bougenville. Buat Donna, saya buatkan halaman Facebook. Kenapa Facebook? Karena, menurut saya, sekarang dia jarang sekali kumpul-kumpul dengan teman lama atau bertemu teman baru. Berbahagia dengan keluarga memang segalanya, tapi saya juga ingin dia punya mangkok kebahagiaan lainnya.

Yuri, Nana, Uli, Vergi, Muti—teman-teman segeng di kelas 3 SMU 12. Saya duduk dengan Yuri. Di depan kami, Nana duduk dengan Vergi. Di samping kami, Uli duduk dengan Mutia. Masa-masa bersama mereka adalah masa paling menyenangkan sepanjang sejarah persekolahan dari playgroup, TK, SD, SMP sampai SMU. Inilah masa di mana saya merasa berani, kuat, cerdas, percaya diri, senang saat pergi sekolah, lebih senang lagi main sepulang sekolah, paling sering nongkrong di McD dan lebih sering lagi main ke rumah teman-teman saya itu :) Inilah mereka, one by one:

Yurianatama
Yuri, cewek Batak, teman sebangku saya di kelas 3 SMU dan teman sekamar kos di tahun pertama kuliah di UI. Yuri adalah teman sebangku terbaik yang pernah saya miliki ;) Cerdas, percaya diri, kalo ketawa ngakak, pernah bilang “Ngapain gue diet? Gue gendut aja banyak yang naksir!” Dan kemarin, pas lunch bareng, dia juga bilang kira-kira begini, “Dalam kerjaan, gue bakal maju terus kalo bener. Jangankan bener, salah aja gue maju! Ntar kalo udah kepentok, baru deh... malu!” Gyaaa.. hahaha... Mantaap! Mungkin saya harus dekat-dekat dia buat nge-charge semangat kerja lagi ;D
Dulu, Yuri dan mobil kijang bapaknya adalah yang berjasa mengantarkan kami berenam ke mana-mana. Sampai suatu hari, karena suatu kejadian, dia murka dan melontarkan kalimat legendaris yang kami ingat (dan kadang jadi becandaan) sampai sekarang “Emangnya gue supir!”
Buat Yuri, seuntai gelang dan satu pot tanaman kecil. Pada dia, saya langsung ngaku kalau tanamannya adalah gratisan dari kantornya Rommy. Tapi begitu saya lihat, saya langsung ngerasa benda ini cocok buat Yuri yang pernah jadi vegetarian selama beberapa lama. Satu-satunya teman dekat saya yang pernah jadi vegetarian. Gelangnya? I know she'll look good with that. I know I will too ;D

Nadia Yunindari
Nana, yang sekarang lagi hamil, adalah Usagi (si Sailor Moon, tapi saat belum berubah) bagi saya. Sangat ekspresif, baik dalam senang, sedih maupun marah. She took it to the extreme level :D Nana adalah pecinta cinta, wekekekek... Dulu dia kuliah di Solo dan mengalami banyak masa up & down. Tiap libur ke Jakarta, ceritanya berganti-ganti. Sekali libur, jadian sama A. Libur depannya, putus sama A dan meraung-raung dan patah hati etc. Libur depannya lagi, udah jadian sama B. Libur berikutnya, putus sama B dan meraung-raung lagi. Hehehe, I really remember those moments Na.
Dan selama itu, saya selalu di sampingnya: Menghibur, menasehati, mencarikan solusi blablabla, seolah saya lebih tahu. Suatu hari di tahun 2000, saya putus dari seorang cowok. Pengalaman putus pertama. Dan saya ingat betul, sejak itu, lidah saya susah sekali menasehati Nana lagi. Saya baru tahu, 'jadi gini ya perasaan Nana kalau putus' (meskipun mungkin saya tidak seekspresif Nana). Yang jelas, ini pelajaran berharga buat saya: Orang yang belum 'merasakan' pasti lebih banyak ngeluarin teori nggak jelas :D
Buat Nana, sepasang anting kotak besar (saya yakin dia berani memakainya) dan sekeping VCD 'Love Actually'. Dulu, tahun 2003, setelah putus dari cowok lain, saya nonton Love Actually di bioskop sama Nana (kenapa kalau sama Nana urusannya selalu soal putus-nyambung gini ya?). Habis nonton, perasaan saya enteng... sekali, ringan. Filmnya memang menghibur, tapi ada satu bagian spesifik dalam film itu yang membuat saya berpikir 'everything's going to be alright' :)

Uliana
Uli, another Batak girl in the gang. Cewek tomboi yang ternyata sensitif juga. Selama masa sekolah dan kuliah, sungguh jarang saya mendengar Uli mengeluh atau curhat, apalagi nangis. Sepertinya dia cuek sekali. Karena itu, ketika suatu hari, saat kami berdua sudah bekerja, Uli menelepon dan bilang ingin bicara (dan dari suaranya saya tahu pasti ada 'sesuatu'), saya terlonjak. Wah, ini Uli kan? Kalau Uli yang begini, pasti masalahnya beneran (ya iyalah). Hehehe.. No, maksud saya, Uli adalah perempuan yang selalu terlihat 'cukup' dengan dirinya, selalu riang dan ketawa-tawa.
Di rumah Uli yang besar, lapang, dan atapnya berbentuk atap rumah adat Sumatera Utara itu, teman-teman sekelas sering bikin acara. Dari kumpul-kumpul sampai pernah bikin acara Halloween yang chaos akhirnya ;D
Sampai sekarang, Uli masih sedang dalam masa pencarian 2 hal yang penting dalam hidupnya. Gue doain Li, supaya dua-duanya cepat ketemu. Amin...
Buat Uli, sepasang anting perak bakar. Sekali-kali jadi cewek kan, Li? Makasih buat usahanya minjem kamera buat foto diri dengan anting. Hehehe

Vergiana Astuti
Vergi, the joker of the gang. Ini dia, manusia tanpa masalah, tingkat stresnya rendah. Masalah cuma jadi masalah kalau kita memandangnya sebagai masalah kan, Ver? And maybe Vergi lacks the capacity to see things as problem. Bagi saya, mungkin di mata Vergi, dunia ini adalah arena permainan yang superluas, and I envy that. Kalau curhat sama dia, pasti nggak beres. Nggak jadi curhat tepatnya, karena lebih sering dibecandain.
Dulu Vergi kerja di divisi KBC di Carrefour. Saya nggak kebayang, kerja di tempat seramai itu, ngadepin puluhan orang yang berbeda tiap hari—yang mungkin bisa marah-marah ke dia. But knowing Vergi, I know exactly that she could handle that.
Beberapa waktu ini, Vergi 'menghilang'. Dia pindah kerja ke Lebak Bulus dan pindah rumah ke Cilandak. Nomor teleponnya yang lama udah nggak aktif dan kami nggak ada yang tahu nomor barunya. Tempo hari, demi menyerahkan kado saya ke dia, saya nekad pergi ke rumah ibunya di Jakarta Timur. Sopo nyono, Vergi lagi di sana :) Neeeh dia neeehh si anak ilaaaangg.....!
Buat Vergi, sepasang anting panjang. Supaya keliatan lebih tinggi ya Ver? ;P

Mutia Safitri
Muti, Mute, Temut. Juga pecinta cinta, kekekekkek... Kalau ketemu Muti, saya dan dia sering ketawa-ketawa nggak jelas. Yang ngga lucu diketawain, yang lucu apalagi. Saya pernah jatuh bersama dia, I mean literally. Nggak usah diceritain, tapi kejadian jatuh bersama itu selalu lucu meskipun sudah kami omongin berulang-ulang. Ya kan, Mut? ;>
Saya menyemangati dan mendampingi Mutia dalam beberapa pencariannya menuju Mr Right or at least Mr Right Now. Dari B1 sampai B2 (lho, kok jadi makanan ga halal?:D ). Gue doain supaya cepat ketemu B3 ya Mut (emang harus awalan B yak? Kikikik..)
Waktu SMU dulu, Mutia yang paling susah diajak pulang malam. Bahkan sepulang malam perpisahan SMU, saya ingat betul dia minta maaf pada orangtuanya karena terlambat pulang.
Sayangnya, Mutia sekarang susah ditemui. Kalau kami ngumpul-ngumpul, dia berhalangan, sakit gigi, ke Bogor atau ke rumah kakak, etc. Ayo Muuut, ngumpul dooong...
Untuk Mutia, sebuah buku 'Drunken Mama' karya Pidi Baiq. Semoga selalu ketawa-tawa ya Mut, bahkan untuk alasan yang aneh sekalipun atau bahkan tanpa perlu alasan (yah, bahaya dong???) :D

Juferdy
Mungkin cuma Ju, yang bisa mengomentari status Facebook saya seperti ini: 'Status lo seperti sepotong sajak Neruda'.
Mungkin cuma Ju, yang selalu mengoleh-olehi saya gelang dan topi dari berbagai tempat yang disambanginya (why oh why the good habit stopped, Ju?)
Mungkin cuma pada Ju, saya berani mengajukan soft loan dalam jangka waktu puanjaaang.. :D
Mungkin cuma dengan Ju, saya bicara hal-hal konseptual dan mengawang-awang, penting maupun tidak, tentang semesta, agama, Tuhan, manusia, dan kadang-kadang cuma berujung pada ketawa-tawa.
Mungkin..eh, pasti ding, Ju yang memperkenalkan saya pada Personality Plus dan Burung Berkicau-nya Anthony DeMello (Ahhh, Burung Berkicau, buku bagusss. Bacalah, atas nama Tuhanmu yang menciptakan).
Mungkin karena Ju, saya jadi tahu bahwa persahabatan murni dengan lawan jenis itu benar-benar bisa terjadi :D
Mungkin cuma Ju, yang lidahnya bisa distel ke mode 'tajam menyayat' (dan orang yang disayat belum tentu ngerti, hahaha). But I've seen his true colour. I know there's a 'Rinto' inside his heart ;)
Buat Ju, sebuah buku 'The Lonely Planet Story' karya Tony & Maureen Wheeler—dua orang di balik buku-buku panduan perjalanan Lonely Planet yang jadi kitab wajib kaum traveller, cita-cita Ju. Gue doain Ju, temukan itu perempuan di kaki pelangi, lalu bawa traveling keliling dunia. Jangan lupa kirimi gue kartu pos, atau lebih baik lagi, gelang atau topi dari tempat yang lo kunjungi. Dan sebagai gantinya, akan gue kirimi elo buku itu. Buku gue. Buku yang konsepnya saat ini masih di kepala, cita-cita gue :)

Andre Virnanto
Saya ingat Andre dan gitarnya. Juga ingat Andre dan biolanya.
Andre adalah 'guru gitar' saya. Dulu, di tahun pertama kuliah, kami bertiga –saya, Ju, Andre-- sering pergi ke samping Balairung, di tepi danau UI. Saya membawa gitar dan Ju membawa trombone. Lalu di tempat yang seharusnya tenang tentram tanpa banyak suara mengganggu itu, saya jreng jreng jreng belajar gitar—diajari Andre, dan Ju bertet tet tooeet belajar trombone sendirian. Sampai sekarang, saya tetap tak bisa bermain gitar, tapi sungguh itu masa-masa menyenangkan! :D
Saya ingat, suatu hari, ketika sekitar sudah agak gelap, sepulang dari danau, kami menumpang bus kuning UI. Bertiga duduk di pojok belakang, bus agak penuh, gelap tanpa lampu. Lalu Andre mulai memainkan 'Yogyakarta'-nya Kla Project dengan gitar. Ju mengikuti iramanya dengan menepuk-nepuk casing trombone. Dan saya bernyanyi—tentu saja.
Tak ada yang memerhatikan. Bebunyian kami mungkin kalah oleh suara mesin bus, suara mahasiswa-mahasiswi yang sibuk berceloteh, but who cares? Justru lebih baik, bagi kami maupun mereka :D Malam yang sangat sangat gembira.
Ndre, Ju, gue nggak yakin kalian ingat. Tapi gue ingat seingat-ingatnya. Dan dengan menuliskannya di sini, gue harap gue akan selalu ingat.
Apa lagi yang saya ingat betul dari Andre? Saya ingat kami –dua manusia plegmatis-- bermain pingpong di ruang serba guna kos saya. Tak ada yang istimewa dari bermain pingpong, tapi kami melakukannya di suatu siang di bulan Mei 1998. Ketika situasi di Jakarta memanas, dan banyak mahasiswa berkumpul di UI Salemba. Dan beberapa teman sedang menuju ke sana. Dan sebenarnya saya merasa bersalah karena tak ikut pergi.
Untuk Andre, sekeping CD Hujan Fantasy dari Jubing—musisi, guru gitar dan mantan redpel sebuah tabloid wanita. Hope you like it Ndre.

Sekar Ayu Dhiah Kencana Dewi
Ayu, sahabat 'accidental' saya ;D Of all the people in the world, I never guess I would befriended Ayu, wakakak... Dulu, pas masa-masa kuliah, Ayu dan saya bagai Bumi dan langit, Sabang dan Merauke. Saya sangat santai, Ayu tidak bisa santai. Dia harus dapat nilai terbaik dalam kuliah. Delapan tidak cukup, kalau bisa ada sembilan atau sepuluh. Setiap mau ujian, Ayu sering datang tergopoh-gopoh sambil bilang 'Aduh, gue belum belajar nih'. Tapi dia selalu dapat nilai bagus. Kalau saya bilang belum belajar, naaah itu berarti benar-benar BELUM belajar dan nilainya memalukan. Kekekek...
Beda lainnya, saya sangat suka berleyeh-leyeh, bengong dan berlama-lama di satu tempat meskipun tak mengerjakan apa-apa. Sebaliknya, Ayu dulu terkenal dengan kalimat “Pulang, yuuuk... Pulaaaang...”. 'Ngomong' bukan hal favorit saya, sementara Ayu mungkin bisa pengsan kalau disuruh puasa ngomong. Dia suka ngomong, ngomong apa aja pokoknya ngomong, suka curhat (Miss Curhatlah pokoknya). Saking seringnya dia cerita tentang apa saja, saya bahkan sudah merasa akrab dengan teman-teman Ayu dari komunitas lain, meskipun saya belum pernah ketemu muka dengan mereka :D
Tapi benar, tak kenal maka tak sayang. Mengenal Ayu bertahun-tahun, mendengarkan cerita dia membuat saya memahami dia. Jadi kenal, jadi sayang. Sekarang Ayu adalah teman yang paling sering saya jumpai. Ketemu aja, walau ngga ada occasion, ngobrol-ngobrol, ngeluh-ngeluh, curhat-curhat, ketawa-tawa... Lucu juga ya.
Dan bertahun-tahun dengan saya (termasuk 4 tahun bergaul dengan teman-teman seangkatan) membuat dia juga lebih santai, lebih ceria. Sekarang mungkin kami punya lebih banyak persamaan dibanding dulu, meskipun ada hal-hal dasar yang tentu saja tak bisa diubah. :D
Buat Ayu, sepasang anting kayu dengan tali-temali di tengahnya. My kinda style, and hers too ;)

Anastasia Damastuti
Satu malam di Bakoel Koffie Cikini, my all time favourite. Damas dan Ayu duduk berdua di bangku panjang sana. Ngobrol cekakak-cekikik, kalau nggak salah seputar orkestra UI (mereka berdua anggota orkes). Sesuatu yang tidak saya mengerti. Saya duduk di bangku samping, diam saja, sambil membolak-balik majalah. Dan merasa nyaman. I was full and content at that time. Bisa diam begitu saja, tapi ada dua sahabat yang menemani sambil bergembira. Di meja, ada gelas-gelas kopi dingin yang nikmat. Couldn't ask for more.
Damas. Bersama Ayu, kami sering ketemu bertiga, terutama sebelum jadi ibu-ibu (dan calon ibu). Saya ingat, satu hari sepulang kantor, kami berencana joging malam di Senayan. Sebelumnya, isi tenaga dulu dong, makan bubur depan kantor saya. Habis makan bubur “eh, kayaknya males ya joging. Enakan ke Plaza Indonesia aja yuk?” Jadilah kami ke Plaza Indo, dan... jajan lagi di sana. Hihihihi... bukannya olahraga malah nambah lemak. :D
Damas, perempuan anggun yang kerap saya telepon untuk menemani makan bubur seafood di depan Pasar Hias Rias Cikini. Yang rumahnya dulu sering saya datangi dan inapi. Saking seringnya nginep, Damas bahkan sudah menyediakan disposal underwear :D Saya ke sana kalau kemalaman habis jalan-jalan, ke sana juga untuk pinjam komputer dan ngetik Buletin Tahunan ;) Ke sana juga waktu keliyengan pas lagi hamil muda.
Damas mungkin lebih 'mirip' saya daripada Ayu. Lebih suka mendengarkan, lebih Jawa :D
Damas, yang wajahnya seperti purnama (kata Bu Poedji ;> ). Buat dia, sepasang anting panjang berbandul bundar. Semoga suka ya Dam..

Eko Punto Pambudi
Punto adalah teman saya di dunia nyata dan maya. Banyak hal yang saya kagumi dari Punto. Tahun 2003, saya terkesan sekali dengan website yang dibuat Punto untuk merayakan (?) pernikahannya dengan Ipat, istrinya. Bukan website baru sebenarnya, karena pernikahannya sendiri sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.
Saya juga senang membaca blog personalnya dulu (blog yang ditutup karena katanya dia malu melihat tulisan sendiri). Inilah perkenalan pertama saya dengan yang namanya blog dan website pribadi. Perkenalan yang membuat saya ingin ingin ingin sekali punya blog sendiri. And here I am (meskipun cuma blog gratisan dengan template yang sudah disediakan). ;)
Hal lain yang membuat saya iri adalah semangat dan kreativitasnya dalam... mencari uang. Gyaaa ha ha ha... Sebagai desainer grafis, dia (tentu) menerima side job mendesain, dia juga mendesain dan menjual kaos—antara lain kaos GW HEART JKT, sampai baru-baru ini bikin penerbitan dan menerbitkan buku Un Lun Dun yang katanya laris manis (jadi jangan sampai kehabisan cetakan berikutnya, teman-teman! )
Punto bilang, itu semua karena kepepet (tapi banyak kok Pun, orang kepepet tapi tetep ngga kreatif ). Karena harus membiayai keluarga.
Tujuh purnama sekali (saking jarangnya saya online), kami chat lewat YM. Kadang-kadang dia mengingatkan “Ayo serius deadlinenya” -- kalau saya sedang deadline tapi malah pengen ngobrol ngalor-ngidul.
Buat Punto, sebuah buku Drunken Monster karya Pidi Baiq. Saya dapat kehormatan karena Punto menuliskan proyek Ulang Tahun ke-30 saya ini sebagai posting pertama di blog barunya. Thank U Pun!

Johan Adam
Johan adalah orang aneh. Kyaaa... ha ha ha... Pis, Han!
Tapi saya lebih aneh.
Dan buku Drunken Molen-nya Pidi Baiq yang saya berikan pada dia lebih aneh lagi, dan penulisnya lebih lebih aneh dibandingkan kami berdua dikali tiga :D
Ok, ini yang beneran: Johan adalah orang baik (tuuh, gue ralat tuh), suka ketawa-tawa dan sparing partner berbahasa Inggris (ya! ini penting disebut). Dulu kami suka mengobrol soal banyak hal tidak penting. Kekekekekkk..
Johan pernah bilang begini and I quote: “I like reading your writing. Your blog, your emails..”
And it really means something for me because it came from him, a guy whose favourite books are 'Catcher in the Rye', 'To Kill a Mocking Bird' and 'Tuesdays with Morrie'. Dulu..., sebelum ada peraturan yang mewajibkan untuk memakai seatbelt dalam mobil, Johan sudah sangat disiplin memakai dan mengingatkan orang lain untuk memakainya: “Seatbelt, please”. Saya pernah becanda begini, “Nanti di nisan kamu akan tertulis: Johan Adam, dia yang tak pernah lupa memakai seatbelt” (duh, penting ga ya ini diceritain. But this is one of the things I reaaaally remember about him) Dari semua jenis pekerjaan di dunia, saya tak pernah mengira Johan akan menjadi guru. Saya sungguh penasaran bagaimana dia mengajar di kelas. Saya sudah pernah mengajukan proposal untuk duduk di belakang kelas dan melihatnya mengajar. Saya bakal diam saja, nggak bersuara. Sayangnya proposalnya tidak tembus. Hope someday he change his mind ;P
Saya ingat suatu hari di foodcourt Plaza Senayan. Ingat Johan memerhatikan saya saat bicara berapi-api tentang pelecehan seksual terhadap perempuan. Dia diam, mendengarkan seksama. Beberapa waktu setelah itu dia bilang, “Saya nggak pernah lihat kamu marah, kecuali waktu bicara soal pelecahan pada perempuan.” He really listens.
Thanx for everything Han. Semoga selalu baik-baik saja :)

Jumanta
Jum adalah orang yang mengajari saya bersenang-senang dan berfoya-foya. Dia mengajari saya kalau naik taksi itu tidak haram, jajan sore di depan kantor, Starbucks, nongkrong di Setiabudi Building, anything fun! Jum, si pecinta kesenangan :D
Dia karakter yang abu-abu. Kamu tentu takkan bisa bilang dia jahat, tapi bingung juga apa dia benar-benar baik. Saya ingat Serny pernah bilang, “Kalau Men are from Mars, Women are from Venus, Jum itu dari Pluto!” Kakakakkkk... ini dia, pencemaran nama baik (jum, ntar bikin posting tandingan aja ya. Kikikik).
Yang paling jelas dari dia adalah soal kerjaan. Kalau kerja, serius, cepat dan tuntas tas tas. Tidak seperti saya yang tunggu-tunggu inspirasi (alah). Dan dia sepertinya sering kesal pada saya soal ini. Dari dulu saya yang suka ngemeng-ngemeng soal pengen bikin buku dsb. Dia tahu-tahu sudah jadi sekian belas buku (eh, bener kan?) dan beberapa di antaranya adalah novel ;D
Jum (dan Tety, istrinya) baru jadi orangtua dari seorang anak laki-laki (yang saya lupa namanya siapa). Selamat ya!
Beberapa ucapannya yang saya ingat adalah, “Lo tuh maunya mikir yang ideal aja! Yang indah-indah aja. Dunia tuh nggak begitu!” Dan dia selalu bilang, “Yang paling penting, berpegang sama realita. Kenyataannya gimana. Jadi nggak mikir macem-macem.” Lucunya, beberapa pendapat dia yang dulunya saya tentang, sekarang malah saya pikir benar :D Atau setidaknya, lebih baik untuk dipraktekkan.
Untuk Jum, keping VCD My Blueberry Nights yang dibintangi Norah Jones. Dia tahu saya sangat sangat suka Ms Jones. And I like this movie, the genre, the mood, the details... (you know what Jum? Gue tadinya ingin ngasih elo album Iwan Fals karena ada satu lagu di dalamnya berjudul 'Nenekku Okem'. Wakakakak...)
Enjoy Jum!

Primanila Serny
Teman terlama saya di kantor :D Bagi saya, agak susah menemukan teman yang benar-benar dekat di kantor. Dan Serny adalah salah satunya. Duluuuu, pas baru masuk, saya pikir dia yang paling sombong.
Beberapa waktu setelah kami saling kenal, saya baru tahu kalau ternyata dia suka terganggu dengan saya yang sering bernyanyi-nyanyi dengan suara cukup keras di depan komputer. Kyaaa... hahaha...
Bebeda dari saya yang kuper di kantor ini (dan di tempat-tempat lain), Serny alias Ms Brindil cukup gaul. She knows people and people know her. Saya sering dapat gosip dan bukan gosip seputar orang kantor dari dia. Kadang-kadang dia menceritakan seseorang yang bahkan saya nggak tahu gimana tampangnya.
Serny juga salah satu saksi mata yang menyaksikan pertemuan saya dengan Rommy. Semoga kecipratan pahala ya Ser. She knows my story. Dia tahu soal brownies yang datang kala hujan. Atau kalung yang datang tiba-tiba. And I know hers.
Serny dan saya suka jadi juru kunci. Ketika deadline sudah benar-benar mepet, saya sering menemukan kami berdua, malam-malam, bersebelahan, menatap layar monitor masing-masing, berkonsentrasi, dan berusaha memeras satu dua kata dari otak ke monitor, lalu menghela napas panjang 'Hhhhhhhhhh.....'. Hahahahhaha.....Kok dari dulu nggak berubah-berubah ya Ser?
Buat Serny, sebuah notes lucu. Setiap kali melihat notes, saya teringat pada Serny karena dulu dia sering minta notes pada saya. :) Dan gambar si notes yang lucu mengingatkan saya akan hobi saya sekarang: browsing internet hanya untuk melihat gambar-gambar lucu. Saya bosen liat tulisan. Sekarang waktunya melihat-lihat gambar. Ya kan, Ser?

Iqbal Faraz Dasril
Iqbal and I go a looong looong way. I grow up with Iqbal (tidak harafiah ya). Kami saling kenal sejak SMP –waktu masih pada cupu-- dan masih bersahabat sampai sekarang –saat kecupuan sudah sedikit berkurang :D Sejak masih bokek sampai sekarang punya sedikiiiiit...
Tapi dulu kebahagiaan rasanya lebih sederhana dan mudah diraih. Tidak perlu nonton bioskop. Ngobrol-ngobrol di sofa ruang tunggunya pun oke saja. Tak perlu taksi atau mobil, ngangkot atau ngebus is the best. Tak usah makan di resto, warung tenda lebih murah.
The talented Mr. Dasril. Dia pernah menghadiahi saya benda-benda bikinan sendiri: pin dengan inisial nama, pesawat jet kayu kecil dengan rudal-rudal yang rumit, bros berbentuk gitarnya Bujana..
Iqbal-lah yang menulari saya dengan semangat vintage—meskipun saya pasti sudah punya 'bakat' itu. Dia bilang, kalau bisa, dia lebih ingin hidup di tahun 70-an :) Dia memperkenalkan saya dengan The Beatles, The Doors, The Who, Barry Manillow, ELP, dan terutama best of all, Sting & The Police.
Kini dia jadi basis (eh, bener ga?) dalam satu band yang membawakan lagu-lagu The Beatles. Kapan dong Bal, diundang nontooon???
Zaman SMA dan kuliah dulu, kami pernah bicara dan berbagi mimpi tentang Indonesia, ngemeng-ngemeng soal reformasi, kondisi sosial dan politik. Sekarang kita masih begitu nggak ya, Bal?
Untuk Iqbal, keping VCD 'Perempuan Punya Cerita' (PPC) yang diproduseri Nia diNata dan Vivian Idris. Saya sukaaa... sekali keempat film dalam PPC. Saya tidak terlalu suka cerita pertama, tapi tiga sisanya saya suka. Menonton film ini membuat saya teringat cita-cita dan idealisme masa lalu—yang beberapa di antaranya saya bagi dengan Iqbal. Bikin ingin berbuat sesuatu, dan sumpah entah apa. :)

Pendar Ramadhani Anitya
Sebagai penutup, makhluk terfavorit saya di dunia: Pendar. Putri tersayang saya.
Apalagi yang bisa saya katakan tentang Pendar?
Have I told you lately that I love you? Oh, tentu, setiap hari, mungkin 5 menit sekali :)
Kalau saya tahu apa artinya true love, itu pasti karena Pendar. Sebelumnya, saya tak pernah tahu persis apa itu cinta, apalagi cinta sejati
Saya ingat lirik lagu, 'I will swim an ocean for you, I will fly and bring you the moon... I promise you, for you I will..” Dulu, saya pikir ini metafora yang gombal. Tapi sekarang, untuk Pendar, saya bisa mengucapkan segudang janji gombal tanpa bermaksud menggombal.
Hell I'll kill for her! (nah, yang ini gombal beneran—atau tidak?)
Anyway, buat Pendar, hadiahnya beda sendiri. Karena tidak dibeli, tapi dibuat, Dan karena saya hanya bisa menulis, maka kado untuk dia adalah sebuah posting. Tepat di bawah posting Proyek Ulang Tahun ini, judulnya 'Teringat-ingat...'. Suatu hari nanti, saya akan meminta dia membacanya. I hope it'll mean something to her.

The End :) See U next year!

Saturday, May 16, 2009

Teringat-ingat...... (Untuk Pendar)

Teringat Dodi

Tahun 1997, waktu kelas 3 SMA, saya sedang getol mempertanyakan segala-galanya, termasuk ini: 'Kenapa kita harus salat? Kenapa harus 5 kali sehari? Emang bener ya, kalau nggak salat terus nanti masuk neraka? Terus, kalau cuma salat supaya nggak masuk neraka atau supaya bisa masuk surga, lalu di mana esensinya? Bukankah lebih baik nggak salat, tapi tetap 'ngobrol' sama Dia, daripada salat tapi sebenarnya cuma menggumamkan kata-kata bahasa Arab yang dihapal luar kepala tapi entah apa maknanya? Kenapa saya merasa lebih nyaman 'berbicara' dalam hati sama Dia di mikrolet atau di mana saja, daripada 'bicara' denganNya ketika salat?'

Lalu entah bagaimana awalnya, saya ngobrol dengan Dodi, teman sekelas. Dia suka ketawa-tawa. Julukannya Mr. Bean. Saya pernah mengajari dia reff lagu Season of Love sambil marah-marah (soalnya dia nggak hapal2): 'Five hundred twenty five thousand six hundred minutes, five hundred twenty five thousands journeys of love...' Saya duduk dengan Yuri di bangku sini, dia duduk dengan Edi di bangku sebelah. Dia menulis kira-kira begini di buku tahunan saya: 'Eyi itu galak, pelit, sok imut, cuma satu yang oke: Mau diajak nyontek' (siyalan lo Dod!)

Anyway, saya ngobrol dengan Dodi. Soal salat. Lalu dia bilang sesuatu yang waktu itu mengejutkan saya, sesuatu yang jarang saya dengar, bahkan sampai sekarang: “Gue gelisah kalau kelewat salat. Kalau gue mau pergi, tapi bentar lagi azan, gue ga mau pergi dulu. Harus salat dulu. Kalau gue kelewatan salat Asar misalnya, gue nggak tenang, rasanya pengen cepat-cepat masuk waktu Maghrib, supaya bisa langsung salat. Habis salat, rasanya tenang... ”

Saya kagum. Iri. Superiri setengah mati. Sampai sekarang pun saya masih iri.
Waktu itu saya sama sekali tidak bertanya, “Memang kenapa? Apa yang ditakutkan? Apa yang bikin gelisah?” atau semacamnya.
Saya keburu jatuh kagum. Apapun alasannya. Jatuh iri.


Teringat Mbak Sarah

Sekitar tahun 2000. Masih kuliah, tapi kerja jadi penerjemah freelance di 1 stasiun teve. Waktu itu si stasiun teve ulang tahun, dan semua karyawannya –termasuk yang freelance-- diajak berlibur 2 hari 1 malam ke Anyer. Menginap di Sol Elit Marbella (ah, masa-masa menyenangkan...)

Saya sekamar hotel dengan seorang mbak-mbak dari divisi.... (aduh, lupa rek). Namanya Mbak Sarah. Saya tebak, usianya mungkin early 40. Saya tebak, anaknya mungkin sekitar SMP. Agak basa-basi, untuk mencairkan suasana, saya bertanya, “Mbak Sarah anaknya berapa orang?”
Dan jawabannya ternyata di luar dugaan saya waktu itu. “Aduuh, aku belum nikah. Iya nih, belum dikasih-kasih.. Doain ya.”
MAKJGEER!! Alah, malunya.. Main njeplak aja sih.. Beneran, saya malu, takut dia tersinggung. Lebih-lebih lagi, takut dia jadi kepikiran.

Lalu saya yang jadi kepikiran: Bagaimana kira-kira perasaan Mbak Sarah soal itu ya? Soal belum dapat jodoh. Saya mungkin bukan orang pertama yang salah ngomong seperti itu.
Kemudian saya membandingkan dengan diri saya. Saya waktu itu baru 20 tahun. Baru putus dari cowok pertama. Lalu sehari-hari merengek-rengek pada Tuhan untuk mengirimkan saya jodoh. Mengapa the one itu lama sekali datang? Masa harus nunggu 20 tahun?
Waktu itu saya mikir begini, 'lalu bagaimana perasaan Mbak Sarah yang harus menunggu (mungkin) 40 tahun? Apa dia juga merengek-rengek pada Tuhan minta dikirimi jodoh? Apa dia juga nggak sabar seperti saya , padahal saya baru 20 tahun?

Lalu terucaplah satu doa. Agak aneh doanya, seperti orangnya. But I really meant every single word of it. Kira-kira, saya bilang begini pada Tuhan, 'Allah, kalau Engkau memang terlalu sibuk karena banyak perempuan-perempuan rese’ seperti aku yang berdoa minta jodoh, dan Engkau harus memilih antara aku atau Mbak Sarah dulu yang diberi jodoh, tolong dahulukan Mbak Sarah. Nanti kalau urusanMu dengan dia sudah selesai, baru giliran aku ya...' (saya lupa, tapi sepertinya saya menambahkan 'tapi jangan lama-lama ya Allah...'. Wekekekekkk...)

Suatu hari, bertahun-tahun kemudian, waktu saya belum menikah dan baru putus lagi sama cowok lain, saya kembali teringat Mbak Sarah. Waktu itu saya berpikir, jangan-jangan saya putus lagi putus lagi sama cowok gara-gara Mbak Sarah belum nikah? Jangan-jangan Tuhan pengen lihat, seberapa bener niat saya saat itu.

Sekarang saya sudah nikah dan punya anak satu. Lalu beberapa waktu lalu, saya tiba-tiba teringat Mbak Sarah lagi. Apa kabar, Mbak Sarah? Apa doamu sudah terkabul? Apa doa saya buatmu terkabul? Semoga terkabul ataupun tidak, Mbak Sarah saat ini tetap dalam keadaan bahagia. Amin :)


Teringat Supir Mikrolet

Kelas 1 SMA. Waktu itu, pagi-pagi, saya naik mikrolet, mau ke sekolah. Kebetulan, seisi mikrolet itu anak sekolah semuanya. Baru jalan kira-kira 15 menit, si supir tiba-tiba berubah pikiran. Dia menurunkan kami di pinggir jalan, padahal perjalanan masih jauh dari tujuan akhir. “Mau muter lagi!” katanya.
Saya turun paling akhir. Saya bayar dia dengan selembar uang Rp 5000. Satu-satunya lembaran uang yang saya punya. Waktu itu, ongkos untuk perjalanan 15 menit itu mungkin baru 500 atau 1000. Saya lupa.

Ternyata si supir kesal diberi lembaran 5000 perak. Sambil mencari-cari kembalian, laki-laki Batak itu mengatai saya, “ITIL! ITIL KAU!” Ketika memberikan saya uang kembalian, dia mengulanginya lagi “ITIL KAU!”Lalu dia buru-buru membawa mobilnya putar balik.

Tinggallah saya di pinggir jalan dengan muka merah padam dan hati panas bukan buatan. Seumur-umur, saya belum pernah dikatai sekasar itu. Dan untuk sesuatu yang menurut saya tidak salah. Dalam benak saya, langsung terpikir 1001 sumpah serapah yang harusnya bisa saya katakan untuk membalas dia.

Lalu tiba-tiba, entah darimana datangnya (mungkin ada malaikat lewat), saya tiba-tiba berpikir positif (??). ‘Siapa tahu, si supir jadi kasar begitu karena dia sedang banyak masalah. Mungkin anaknya sakit. Mungkin istrinya marah-marah di rumah. Mungkin dia nggak punya duit...’. Kemudian terbayang satu kalimat yang tadi bisa saya katakan untuk membalas ucapan dia, ‘Semoga Tuhan memberkati Bapak’.

Nyessss.... Hati saya seketika langsung adem. Pikiran langsung tenang. Amarah yang tadi bergolak jadi padam entah ke mana.

Apa yang terjadi? Rangkaian peristiwa dari dikatain ‘itil’, lalu pengen balas marah-marah, sampai tiba-tiba jadi damai lagi mungkin cuma berkisar beberapa detik. Tapi perbedaan rasanya 180 derajat.

Inilah pengalaman pertama saya ‘mengampuni 100% dengan sadar’. Ketika pikiran, hati dan tubuh berada dalam satu garis. Kompak. Semuanya memaafkan, semua mengampuni. Pengalaman yang begitu langka, perasaan yang begitu jarang. Mungkin karena itu saya masih ingat sampai sekarang.

Kini, berbelas-belas tahun kemudian, saya tak pernah mengalami hal seperti itu lagi. I forgive, walaupun nggak 100%, but I will never forget. Orang-orang bilang saya sabar, tapi saya sebenarnya cuma nggak bisa mengekspresikan amarah. And there’s a big difference between those two. Saya mungkin bisa bersikap biasa pada orang yang pernah menyakiti saya, tapi saya tak pernah benar-benar merasa sama lagi. You’ve hurt me, and you’ll pay for that. Walaupun ‘bayaran’nya mungkin ‘cuma’ takkan pernah mendapatkan hati saya 100% lagi.

Tapi saya merindu perasaan berbelas-belas tahun lalu itu. Ketika saya dengan ikhlas memaafkan begitu saja. Tadi saya tiba-tiba terpikir, mungkin perasaan itu semacam demo kiriman Tuhan untuk menunjukkan ‘hey Ey, kamu bisa lho, bersikap, merasa, dan menjadi begini. Pernah terjadi sekali, dan bukankah itu berarti bisa terjadi lagi?’

**************************

Untuk putri saya, Pendar Ramadhani Anitya:
Pendar, tiga cerita lama ini sengaja Bunda tulis untuk Pendar. Ini hadiah ulang tahun Bunda ke-30 untuk Pendar. 3 cerita, 30 tahun. Tadinya Bunda ingin memberi sesuatu yang bisa dibeli saja, tapi hei, kenapa tidak membuat sesuatu sendiri? Dan karena Bunda hanya bisa menulis, maka tulisan inilah kadomu.

Kalau Pendar tanya, ‘So, what are you trying to say, Bunda?’ What are you trying to tell me?’, Bunda nggak terlalu tahu bagaimana menjawabnya. Ini mungkin cuma berbagi. Bagi Bunda, salah satu harta yang amat berharga adalah cerita, kenangan. Dan tiga cerita sederhana ini juga harta Bunda. Tadinya Bunda berpikir ketiganya tidak berhubungan, 3 cerita acak. Tapi setelah menuliskannya secara berurut, Bunda baru sadar ada satu kata spesifik yang Bunda ulang dalam ketiga cerita ini. Semoga Pendar dapat sesuatu –apapun itu—setelah membacanya.

Anyway, happy 30th birthday to Bunda! Tolong doain Bunda ya Dek, supaya selalu bahagia, riang gembira, penuh suka cita dan banyak cerita. :)

Bunda sayang Pendar, Bunda cinta Adek Pendar. You’re my favorite person on earth, on universe. :) Semoga sekarang dan sampai kapan pun, Pendar tahu dan bisa merasakan bahwa Bunda sayang Pendar.

I love you Adek Pendar! Mmmmmmmmuaaah! :)