Thursday, October 13, 2005

Asing

Pagi ini, seperti biasa, saya turun dari mikrolet setelah melewati underpass (abaikan fakta ini. Ini tidak penting). Setelah itu, saya melangkah menuju tempat pemberhentian kopaja.
Tep tep tep tep tep tep tep tep tep tep....
Hep, sampai.
Berdiri saya di sana.
Menunggu sejenak.
.....................

Lalu tep tep tep tep, Hep, datanglah wanita ini. Orang kantoran, dengan kemeja hitam garis-garis dan celana hitam pula.

Saya melihatnya sekilas, lalu.......... TENG....... Sial, saya merasakannya lagi!!!
Perasaan itu lagi! Saya pikir dia sudah lama hilang.

Perasaan apa?

Perasaan asing.

Dulu saya kerap merasakannya. Rasa yang sulit saya terangkan sebenarnya. Rasa asing, saya menyebutnya. Sebentuk rasa tak nyaman, kosong dalam dada, aneh, menggelikan, membuat saya berpikir ‘hey i don’t belong in this place’, lalu ingin kabur dan meringkuk sendirian di pojok ruangan entah di mana.

Sebelum naik kopaja yang datang kemudian, saya bertemu seorang teman kantor. Kami ngobrol-ngobrol sepanjang perjalanan dan perasaan itu masih terus ada. Saya bicara dengannya, tapi saya benar-benar merasa berjarak, merasa saya tidak seharusnya berada di sana, tidak seharusnya mengobrol dengan dia.

Wednesday, October 12, 2005

Here's to You :)

One of the things I love most about my husband is: He’s not afraid to love me... OUTLOUD.
He’s not afraid to show anyone, anywhere, anytime, that he loves me. Ahai!

Hehehe, iya, benar.
Dia bisa begitu santainya memanggil saya ‘sayang’ di depan siapapun: Orang tua saya, orang tua dia, eyang saya, nenek dia, saudara-saudara saya, saudara-saudara dia, teman-teman saya, kawan-kawan dia, pelayan restoran, supir taksi, siMbok, orang-orang tak dikenal... Well, you got my point.

Dia juga nggak canggung mencium (kening) saya di pinggir jalan, memandangi saya (yang duduk di jok belakang mobil) dari kaca spion sambil senyum-senyum (padahal selain kami berdua, ada orang tua dan eyang saya di mobil itu), mengirim cake ke kantor dengan tulisan besar-besar di atasnya: ‘Selamat Ulang Tahun Eyi Sayang’, atau... ber-Mmmmmmmuah di telepon untuk menyudahi pembicaraan dan membuat teman-teman kantor di sekitarnya bersuit-suiiit.. atau berteriak “Dicium tuh telepon!” ;D

Hehehe, penting ya?
PENTING!
Apalagi buat saya, yang selama ini mengira kalau laki-laki tidak bisa mencintai dengan cara itu. Saya, yang sering malu dan canggung untuk banyak hal.

Tentu saja, SEBAGIAN BESAR contoh di atas terjadi sebelum kami menikah.
Waktu itu, saya sampai punya motto: ‘Everyday is a valentine’s day.’
Sekarang, setelah hampir setengah tahun menikah, tentu saja mottonya berubah:
NOT everyday is a valentine’s day ;p Makin lama, kegiatan menye-menye begitu makin berkurang. Yang bertambah malah frekuensi berantemnya. Huehehehe...

“Iyalah..., masa mau honeymoon terus?” kata semua orang.

“Mauuu!” kata saya. Saya sih mau. Masa ada yang ngga mau sih? :D

Anyway, kadang-kadang kangen juga sama hal menye-menye gitu.


Baru ingat.
Awal September lalu, pagi-pagi, saya sedang mandi. Dia nonton TV di ruang depan. Tak berapa lama, ponsel saya bunyi, ada SMS masuk.

Sehabis mandi, saya masuk kamar dan langsung meraih ponsel.
Lho?
It was my husband. Dia mengirim SMS dari ruang depan.

Pesannya?
I love you more each day, Ade sayang.

Huhuhu...

..............................................................

HAPPY BIRTHDAY, HUNY...
Wish you all the best. Like they all say, you're only 29 once. This is the end of your 20s, so live your best life :)
Here's to YOU.
See..., i'm loving you outloud now ;)


Oh btw, sampai nanti malam.
Makan makan makan makan makan makan makan makan....

Tenaaang..., tante yang bayar.. :D