Wednesday, December 12, 2007

Pendar 14 Bulan

My beautiful baby girl sudah bisa:

Jalan!
Yippiiiii..... Senangnya dan oh capeknya mengejar dia ke sana kemari.

Makan nasi seperti the rest of the family (Gigi Pendar sudah tujuh. Empat di atas, tiga di bawah).
Lauknya biasanya orak-arik telur, tahu, bayam... Tapi kadang-kadang Pendar bosan. Kalau disuapin, nasinya disembur-sembur keluar. Jadi kadang-kadang nasinya diblender dan tetap makan bubur instan untuk sarapan.

Kumur-kumur air putih.
Kalau lagi berbaring sambil ngedot air putih, Pendar suka jail. Air putih disimpan banyak-banyak dalam mulut, lalu mulut dimonyongin, dan krrrrrrr..... Airnya dikumur-kumur, lalu dikeluarkan dari mulut. Bajunya pasti basah dan harus diganti.

Kiss bye.
Ini benar-benar cuma saya yang mengajari. Sebelum berangkat ke kantor, saya menurunkan kaca jendela mobil dan melempar 'cium jauh' ke arah dia yang memandang dari balik pintu kaca. “Mmmuah!”

Menunjuk 'Bunda'.
Pendar suka mengacak-acak dompet ayah. Kalau menemukan KTP ayah, dia menunjuk foto ayah dan berseru, “AYAH!” Dari dulu, Pendar bisanya baru 'ayah'. Bilang 'bunda' belum bisa. Saya lalu mengajari, “Iya, ini ayah. Kalau bunda yang mana? Ini bunda...” Saya menepuk-nepuk diri sendiri. Setelah itu, kalau saya tanya, “Bunda mana, Dek?” Dia akan menepuk-nepuk dirinya sendiri. Hehehe, ini salah yang ngajarin ya?
Akhirnya, ajarannya diubah sedikit. Saya pegang tangannya, lalu saya arahkan ke dada saya. “Ini bunda...” Sekarang kalau ditanya, “Bunda mana?” Dia menepuk-nepuk saya. :) Anak pintar...

Menelepon.
Dari dulu, Pendar suka ngoprek ponsel ayah bunda. Sekarang, dia suka menempelkan HP ke kupingnya sambil ngomong (apa lagi?)... AYAH??? Lucunya, dia suka bertelepon sambil jalan kian-kemari, kayak bos-bos sok sibuk :D Kemarin, setelah mencet-mencet remote rusak, mencoba mengganti channel TV, Pendar menempelkan remote itu ke kuping; AYAH...??? Semalam, waktu kaos Pendar jatuh ke lantai, dia membungkuk untuk mengambilnya, lalu menempelkan kaos itu ke kuping: AYAAH...???

Ngomong:
'Ga apa-apa'. Tempo hari waktu dijaga Yangti, Pendar jatuh. Yangti langsung merasa bersalah. “Aduh, maaf ya, Pendar... Maaf, ya...” Pendar yang sudah berdiri langsung ngeloyor pergi sambil bilang. “Ga papah...” Saya takjub! Kok bisa ya dia jawab gitu?

'Siapa-siapa'. Satu malam, Pendar terbangun dan minta diajak keluar kamar. Saya gendong dia, lalu saya tunjukkan ruangan-ruangan yang gelap dan kosong. “Tuh kan... Masih malam. Ga ada siapa-siapa.” Pendar membeo, “Siapa-apah...”

'Mimik' atau 'memey' yang berarti air putih. Suatu ketika, Pendar terbangun malam-malam. Setelah mengerjapkan mata, kata itu meluncur lancar dari mulutnya, “MIMIK!” Ini bukan pertama kalinya dia bilang 'mimik' tapi pertama kalinya saya mendengar kata itu begitu lantang dari mulutnya.
Pernah, satu malam, saya tidak menyiapkan botol air putih dan cuma menyiapkan susu. Sewaktu Pendar rewel, saya berikan dia susu. Tapi Pendar nggak mau. Tangannya menunjuk-nunjuk ke rak besi tempat saya biasa meletakkan botol air putihnya. “Memey, memey...” Pendar baru tenang setelah diambilkan air putih. Hehehe, rupanya dia haus.

'Nyanyah?' Artinya 'mana'. Kalau dia sedang memainkan sesuatu, lalu barangnya kami sembunyikan, Pendar akan celingukan sambil bertanya, “Nyanyah? Nyanyah?”

'Aaalkoooo...' Semalam hidung Pendar meler lagi. Padahal baru sembuh dari flu. Hiks hiks.. Sambil menggendong dia, saya raih botol obat pilek Alco di meja makan. “Pendar minum Alco, ya, supaya sembuh.” Dia membeo lagi, “Aaalkooo...”

Thursday, November 22, 2007

Simply Beautiful

I had no one to talk me out of despair and that was a mistake. You need to keep people close. You need to give them access to your heart.
Charley Benetto, For One More Day

...there's a story behind everything. How a picture got on a wall. How a scar got on your face. Sometimes the stories are simple, and sometimes they are hard and heartbreaking. But behind all your stories is always your mother's story, because hers is where yours begin.
- Charley Benetto, For One More Day


Just finished reading For One More Day by Mitch Albom. Gila ya tuh orang. Keren banget :)
Seperti dua buku Mitch Albom sebelumnya -'Tuesdays with Morrie' dan 'Five Paople You Meet in Heaven'- buku ini menyinggung kematian (dan seiring itu juga kehidupan), old folks, past-present, love and self forgiveness.

To tell you the truth, for some reasons, I'm not really a big fan of 'Tuesdays with Morrie' (or is it because I only read the translated version ya? :p) but I reeeally love the other two books, especially this last one. Even after I closed the book, the story echoed in my heart.

Friday, September 21, 2007

Tuhan dalam Sekantung Buah Plastik

Membaca posting salah satu pengarang favorit saya -Dee- di 'sini' membuat saya berpikir, dan juga teringat akan sesuatu.

Dua pertanyaan itu: Apa itu Cinta? Apa itu Tuhan?

Bagi saya, menjawab pertanyaan pertama kini lebih mudah.
Cinta adalah Pendar, love is Pendar. Titik.
Saya tidak menjelaskan lebih panjang atau lebih baik dari itu.

Dan Tuhan?
Tuhan saya muncul dalam kenangan tentang sekantung mainan buah plastik yang dibeli ibu di pasar pagi Rawamangun.

Waktu itu saya masih SD. Kelas berapa tepatnya, saya lupa.
Saya sedang bermain di rumah saudara sepupu di bilangan Kelapa Gading. Kakak sepupu saya itu punya sekantung mainan buah-buahan plastik. Saya lupa apa saja buah-buahannya. Mungkin ada apel, jeruk, pisang... Standar.
Entah kenapa -mungkin karena pada dasarnya saya doyan makan?- saya sangat terkesan. Saya ingin, sangat ingin punya mainan yang sama. Tapi bagaimana caranya? Saya tak punya uang. Saya tak pernah diberi uang jajan sewaktu masih SD – kecuali kalau ibu bangun kesiangan dan tidak sempat menyiapkan sarapan.

Malamnya, sebelum tidur, setelah berbaring di ranjang, saya memejamkan mata dan berdoa dalam hati: “Allah, Eyi pengen mainan buah-buahan plastik seperti punya Uni Meitia. Amin...”

Tepat keesokan paginya, kami sekeluarga -ibu, ayah, saya dan adik perempuan- pergi ke pasar. Sementara ibu belanja, ayah mengajak saya dan adik menunggu di warung Padang dalam pasar. Rasanya baru sebentar, ibu sudah muncul lagi sambil menenteng sekeranjang belanjaan. Dia lalu menyodorkan sesuatu pada saya. “Ini buat Eyi.”

Itu dia. Tepat seperti yang saya minta tadi malam pada Tuhan. Sekantung mainan buah-buahan plastik. Mainan itu nyata, saya menggenggamnya.

Saya takjub. “Kok cepet banget, Tuhan?”


Tahun-tahun berlalu.
Dalam perjalanan waktu, sejak peristiwa buah plastik itu hingga sekarang, saya pernah meragukan perintah salat, konsep surga-neraka, perhitungan pahala-dosa dan entah apa lagi.

Tapi saya tak pernah mempertanyakan Tuhan. Saya tahu Dia ada di dekat saya: melihat, mendengarkan—bahkan kalimat yang tak terucapkan, memahami dan menjawab...

Friday, September 14, 2007

Penggoda Iman

A, beliin aku tas ini dooooooooooooong....... ;D

Ramadhan Berpendar

Ketemu Ramadhan lagi. Alhamdulillah... Mohon maaf lahir batin. Selamat puasa buat semua yang menjalankan, ya... Ramadhan tahun lalu -karena hamil, melahirkan lalu menyusui- saya sama sekali tidak berpuasa. Ramadhan tahun ini menyenangkan, karena saya sudah bisa ikut puasa lagi dan karena Pendar sebentar lagi genap satu tahun.

Iya lhooo..., Pendar sudah besar sekarang, sudah 11 bulan. Tanggal 4 Oktober besok, Insya Allah dia ulang tahun. Saya ingat, setahun lalu sewaktu Pendar baru lahir saya kena 'baby blue'. Tiap hari rasanya capek, bete, ngantuk, gerah (waktu itu cuaca lagi sepanas neraka!). Sekarang saya kena 'baby bright red'. Tiap hari -asal bareng Pendar- rasanya senang-riang-suka-suka hura-hura. Saya masih sering merasa capek -apalagi karena dia sudah lincah banget- dan masih kurang tidur, tapi kalau melihat dia ketawa-tawa, rasanya kok ya pengen ketawa juga :)

Banyak cerita tentang Pendar yang terlewat, tak saya tulis di blog atau di agenda dan saya juga yakin tidak sedikit yang sudah terlupakan. Well, supaya tidak lupa lebih banyak lagi, lebih baik langsung ditulis di sini:

::: Pendar sudah bisa melangkah, tapi dipegangin. Senangnya..., semoga sebentar lagi bisa jalan sendiri ya, Nak.

::: Pendar anak gaul. Hehehe... Iya lho, dia senaaaaang... sekali kalau melihat anak kecil / bayi lain. Kalau kami ke rumah sakit buat imunisasi, dia suka teriak-teriak dan nunjuk-nunjuk anak lain. Dia juga paling hobi ngebolak-balik Majalah Ayahbunda dan melihat foto 'Dede-dede' atau 'Kaka-kaka'. Biasanya saya akan bilang, “Cium dedenya... Sun sayang dedenya dong.” Pendar lalu akan membungkuk, terus cuuup... foto si dede dicium deh :)
Eh, tapi Pendar malu-malu kalau ketemu orang gede. Kalau lagi digendong dan ada yang nyapa, kepalanya pasti langsung ditempel ke dada saya, trus mukanya nunduk. Hehehe :)

::: Pendar doyan nonton iklan. Mungkin semua anak kecil begitu, ya? Pendar bisa tidak berkedip kalau nonton iklan di TV, terutama yang bintang iklannya anak-anak. Dia paling suka iklan Dancow: “Sudah malaaam... Ikan bobooook... Ade nggak bobok?” Sehabis iklan, dia senyum-senyum sendiri.

::: Pendar bisa main cilukba. Saya baru sekali lihat, tempo hari bareng Yangti, Angku dan Om Zaki. Pas dibilang 'ciluuk...', dia nutup mata dengan kedua tangan. Begitu buka mata, kami langsung teriak 'baaa!!!

::: Pendar... ganteng! Huhuhu, tempo hari waktu Pendar diajak angku jalan keluar rumah, terus ketemu anak tukang sate yang dagang dekat rumah, dia menyapa “Ooh.. ini cucunya ya, Pak? Aduuh, gantengnyaaa...” Banyak juga yang begitu melihat Pendar langsung menebak, “Cowok, ya?” Yang masih 'agak' sopan biasanya bertanya dulu, “Ini cewek atau cowok sih?” Uhuk uhuk uhuk..

::: Pendar bisa bilang Mama dan Papa (meskipun kami ngotot mau dipanggil ayah bunda). Ini sih sudah bisa lama. Kemarin, pukul dua dini hari, dia tahu-tahu bangun dan ngoceh, “Mama ma ma ma ma... Papa pa pa pa pa...” Waktu saya jawab, “Bilang 'ayah' bisa ngga, Dek? Coba 'A-yaah...' “ Pendar langsung teriak “PAPAA!” Huihihi. Mungkin dia pikir “Suka-suka gue, dong. Ngatur-ngatur aja lo.”

Bunda love Pendar. Muah muah Adek Pendar!

Friday, July 27, 2007

Akeelah and the Bee

"You know that feeling when everything feels right? When you don't have to worry about tomorrow or yesterday, but you feel safe and you kno you're doing the best you can? There's a word for that kind of feeling. It's called love. L-O-V-E."

Kadang-kadang nggak perlu film yang super-duper bagus, masuk box office dan dipuji banyak kritikus untuk membuat kita tersentuh.
Itu yang saya alami saat menonton film ini: "Akeelah and the Bee."

"Akeelah and the Bee", jenis film anak-anak dan ABG yang dulu sering saya tonton di layar RCTI waktu tayangan RCTI baru bisa dinikmati dengan dekoder. Ceritanya sederhana, endingnya tertebak dan penokohannya agak klise, tapi saya tetap suka. Lho, jadi suka apanya dong, ya? Hehehe...

Akeelah, gadis hitam manis berusia 11 tahun yang kurang perhatian. Ayahnya sudah meninggal, ibu dan kakak perempuannya sibuk. Akeelah sangat suka mengeja. She had something with words. Dia bisa mengeja kata-kata sulit yang belum tentu bisa dilakukan oleh anak-anak lain yang lebih tua atau orang dewasa sekalipun. Dengan mengeja, dia bisa melupakan kesedihannya karena ditinggal ayah.

Singkat cerita, karena desakan kepala sekolahnya, Akeelah akhirnya ikut kompetisi mengeja. Dibimbing Dr. Larabee -mantan dosen UCLA-, Akeelah maju dari tingkat lokal sampai nasional. Segala konflik, masalah serta hal-hal menyenangkan silih berganti muncul dalam kurun waktu itu.

Saya menonton Akeelah saat Pendar sedang tidur suatu siang. Ini namanya kemewahan. Sekarang saya sulit sekali menemukan waktu untuk menonton DVD. Baru 3/4 film berjalan, Pendar tahu-tahu melek. Waduh...
Tapi ternyata putri saya memang anak baik. Saya dudukkan dia di samping saya. Saya beri 'kotak isi segala rupa' yang memang sering dia acak-acak. Dan dia duduk tenang sampai film berakhir. Terkadang ikut melihat ke televisi, tapi kemudian sibuk sendiri lagi. Sekali-kali saya peluk dia sambil ikut-ikutan Akeelah mengeja. "Ayah: A-Y-A-H. Bunda: B-U-N-D-A. Pendar: P-E-N-D-A-R! P-E-N-D-A-R! P-E-N-D-A-R!" Pendar tertawa-tawa saat namanya dieja. Oh, how i love my baby girl.

Anyway, saya suka Akeelah and the Bee. Film sederhana, seperti hidup saya, tapi semua pemerannya bermain bagus sesuai porsinya. Saya suka Javier -sobat cowok Akeelah sekaligus lawannya dalam kompetisi mengeja. Duh, itu anak kalau sudah besar pasti ganteng. Huehehehe...
Saya suka karena film ini menghibur dan juga mendidik. Dia mengingatkan saya untuk tidak takut... pada diri saya sendiri. Dia mengingatkan bahwa ketakutan terbesar kita bukan karena kita tidak mampu, tapi justru karena sebaliknya. Dan kita merendahkan diri dengan berpikir 'siapalah saya'.

Saya suka happy ending.
Dulu saya justru suka sad ending, tragic ending. Tapi seiring usia dan banyaknya kenyataan hidup yang saya lihat dan rasakan sendiri (halah), sekarang saya lebih suka happy ending. Saya suka film yang membuat saya senang :)

Saya tak akan menganjurkan orang lain (kecuali anak-anak dan ABG) menonton Akeelah and the Bee, karena belum tentu (atau besar kemungkinan) efeknya tidak akan sama. Hehehe... Tapi kalau ada kesempatan menonton lagi -apalagi ditemani Pendar yang anteng di samping saya-, I'd really looooooovee.... to.

Papa

Pendar sudah bisa menceracau beberapa patah kata. Entahlah apa dia sesungguhnya memahami arti kata itu atau tidak.
Salah satu kata favoritnya sekarang adalah 'papa'.
Semua laki-laki di rumah dipanggil 'papa' oleh Pendar.
Ayah dipanggil 'papa' (Dan kami tetap kekeuh mengajarinya "A...YAAAH....")
Angku dipanggil 'papa'.
Om Omar dipanggil 'papa'.
Om Zaki dipanggil 'papa'.

Kemarin dua orang bapak-bapak menelepon di wartel kami.
Sejak mereka datang, menelepon, lalu membayar, Pendar menataaaap... terus.
Ketika mereka keluar, Pendar tiba-tiba memanggil "Papa!"
Weleh! Huehehehehe......

***Adek Pendar..., laki-laki selain ayah dan Nicholas Saputra, jangan dipanggil 'papa' ya Nak.. ;D

Thursday, July 19, 2007

Pendar sudah 9,5 bulan sekarang. Alhamdulillah :)
Hobinya mandi, tertawa, melihat cicak, teriak-teriak, joget dan ngoprek ponsel ayah :D
Lihatlah fotonya. Itu Pendar.
Semua di wajahnya serba besar: Mata, hidung, bibir...
Seperti ayahnya (semoga kalau sudah besar, badannya nggak sebesar badan ayah ya, Nak).
Saya paling suka melihat dia tertawa. Tawanya menular.
Saya juga suka berbaring di sampingnya. Biasanya dia akan ikut berbaring, lalu berbalik menghadap saya, lalu senyam-senyum :)
Pendar itu pelipur lara, penerang jiwa, penyemangat hari.

Muah muah adek...!!!


Monday, June 04, 2007

Probably

Life will probably be so much easier when I just stay home and spend the whole time with my daughter -Pendar.

But then again, "probably" is a powerful word.

Wednesday, May 23, 2007

Another day.

Seperti biasa, tadi pagi saya bangun jam empat subuh (!). Suatu hal yang tak mungkin terjadi kalau status saya masih lajang. Memanaskan air, mandi, sholat, main sama Pendar yang tahu-tahu kebangun, ganti baju, lalu cabut ke kantor sekitar 15 menit sebelum pukul 6. Sampai di kantor, sarapan nasi uduk, naik ke lantai tiga, dandan di toilet, nonton acara gosip di TV lalu duduk manis depan komputer. Dan sekarang baru jam setengah delapan pagi.

Dua minggu kemarin GILA. Saya GILA, maksudnya. Serasa dikejar-kejar syaiton (hehehe) dan hampir lupa napas. Mata perih karena menatap komputer dari pagi sampai malam. Tapi syukur, sekarang semua sudah lewat.

Seorang teman bilang saya berubah. Lebih pendiam.
Saya agak kaget karena ternyata dia memperhatikan. Akhir-akhir ini saya memang lebih malas ngomong. Teman lain pernah berkata, "Dunia ini tempat yang ribut." Sekarang saya baru menyadari kalau dia benar. Terlalu banyak konsep, teori, keluh-kesah, teriakan-teriakan, bebunyian. Bikin capek. Dan bikin saya semakin malas untuk ikut meramaikannya.

Selain itu, saya juga tidak sesabar dulu lagi. Sedikit-sedikit, jengkel. Sedikit-sedikit, kesal. Meskipun tidak saya perlihatkan, tapi semua mengendap di hati.
Membaca buku pun begitu. Dulu saya masih sabar membaca buku yang awalnya saya anggap membosankan. Siapa tahu, semakin banyak halaman yang dibaca, semakin menarik buku itu jadinya. Tapi sekarang, begitu vonis 'membosankan' saya jatuhkan (halah), buku itu saya lempar.

Sekarang saya bingung.
Sebenarnya saya mau ngomong apa, mau nulis apa?
Hmmm..., mungkin saya cuma ingin menulis sesuatu. Apa saja. Supaya halaman blog ini bertambah. Dan supaya apa yang terpendam dalam hati bisa keluar walau sedikit. Dan supaya saya terlatih (kembali) menulis hal lain yang tak ada kaitannya dengan pekerjaan. Supaya saya tidak jadi robot yang gerak-geriknya sudah terprogram, atau jadi tukang yang hanya bekerja sesuai pesanan.
Saya ingin menulis sesuatu yang berarti, setidaknya buat saya. Tapi bagaimana saya bisa menulis sesuatu yang berarti kalau semangat untuk menulis hal remeh-temeh pun tak ada.

Ah, itu dia! Kata itu yang dari tadi saya "cari". Semangat!
(kata 'cari' sengaja saya beri tanda kutip karena sebenarnya dari tadi saya tidak dengan sengaja mencari apa pun. Saya tahu ada yang hilang, tapi saya tidak sedang mencari. Ternyata kata itu memunculkan dirinya sendiri)

Saya sedang mengumpulkan semangat saya lagi.
Untuk menjalani remeh-temeh kehidupan dan menuangkannya di sini.
Untuk mencari-cari ide dan perlahan-lahan mewujudkannya menjadi sesuatu yang berarti.
Untuk berangkat kerja tanpa merasa ada batu besar yang diikat di kaki.
Untuk menyadari bahwa hidup bukan cuma serangkaian rutinitas yang terus berulang.

Tuesday, May 22, 2007

KERUPUK!

Lebih dari sebulan lalu, saya menerima e-mail dari sahabat lama yang (waktu itu) sedang menetap di Aceh. Di paragraf terakhir email itu, dia meminta saya berkisah tentang "kehidupan domestik" yang kini menjadi bagian dari diri aaya. Mungkin, daripada menghitung suara tokek atau mencabut kelopak bunga satu persatu, dia memilih bertanya (hei, saya mulai terdengar seperti dia). Anyway, jadi berceritalah saya.
Siapa sangka, email jawaban saya turn out to be one of my favorite e-mail that I ever wrote. Ini dia:


Subject: Re: nannoo.....nannnnoooo
From: "LARILARIKECIL"
Date: Thu, April 5, 2007 16:15
To: "JU"
Priority: Normal

> Eyi, my best pren.Coba ceritakan keindahan dari kehidupan mu.
> Secuplik embun bening dari kenyataan keseharian, kehidupan domestik.
> Ada enggan yang mengakar di bawah kesadaran rasanyah, enggan untuk menyentuh yang domestik itu.
> Tapi kalo kau ceritakan padaku keindahannyah, maulah aku juga mencicipinyah.
> Keseharian ketika lu jalani hidup berkeluargamu dengan berjibun komitmen dan tanggung jawab itu.

maaf bahasanya ya ey, kapan lagi dan sama siapa lagi bisa ngomong dengan cara sejijay ini hehehehehehehe

-Ju-



Keindahannya, Ju? The beauty is Pendar herself :)

Keindahannya adalah menemukan bahwa hal-hal paling sederhana dalam hidup ternyata membawa kebahagiaan.

Contohnya: Kerupuk. (Lho???) Hehehehehe...

Beberapa hari lalu, gue lagi ngegendong Pendar, sambil nonton TV. Di TV lagi ada acara "Sisi Lain' (kalau ngga salah) tentang proses pembuatan kerupuk.

As usual, gue mengajak dia bicara tentang apa yg gue lihat.
"Eeh.., itu tuh Dek, di TV lagi ada cara bikin "kerupuk".
Saat mengucapkan kata "kerupuk", gue menolehkan kepala dari TV ke dia.
And u know what, Ju? She laughed! She laughed at the sound of "kerupuk" (or so I thought).

Gue diam sebentar, agak ragu, lalu gue mengulang kata itu: "Kerupuk?"
N she goes "hehe.."

"Kerupuk?"
"Hehe"

Gue makin pede: "Keruuuuu...puk!"
N she goes again: "Hehe.."

Gue lanjut: "Keeeeee...rupuk!"
And my baby stil goes: "hehehe"...


Coba gue ucapkan kata ini keras-keras buat lo, Ju: KERUPUK!!!!
K-E-R-U-P-U-K!!! Do you even smile?

Senyum (apalagi ketawanya) seorang anak itu kuat banget, Ju. Indah banget. It's her weapon. Sebelum2 ini, gue juga suka sama anak kecil, tapi sama anak sendiri beda banget. Senyum anak lain indah, tapi senyum anak sendiri indaaaaaaaaah.... banget. (Trust me, lo nggak akan BENAR-BENAR MEMAHAMI apa yang gue katakan ini sebelum punya anak sendiri)

Kalau mengutip grup band tempo dulu 'Michael Learns to Rock':
"It's a picture of a thousand sunsets, it's a freedom of a thousand doves."
(BO! MLTR, BO!) :D :D :D
I'll go the distance to bring out the smile on her face.

Kalau di kantor lagi bete, lagi capek, lagi pusing, I simply remember her laughter/smile, n gue pasti langsung ikut senyum juga. Tentu aja, masalah kerjaan gue ga selesai cuma dengan tersenyum. Tapi memori tentang Pendar yang sedang ketawa adalah sanctuary gue sekarang.

Another story:
Dua hari yang lalu, malam-malam, Pendar belum tidur. I knew it's her bedtime, so gue gendong dia n I sang her a lullaby:
"Twinkle-twinkle little star, how I wonder what u are.."

After singing the song, I whispered it to her:
twinkle-twinkle-little-star
how-I-wonder-what-u-are

Dan mata Pendar mulai merem, melek, merem, melek, makin lama makin berat..
N it's just... simply beautiful. Ga tahu gimana ngejelasinnya.

.....................................

Gue nggak tahu apa dua potong cerita ini cukup "indah" sehingga bisa bikin lo mau nyicipin kehidupan domestik :D
But to tell you the truth, I'm not trying to do that. I'm not trying to lure you to enter the huge gate of "marriage, commitment, n responsibility" (aaaaawww...) :D

I believe in time, now. I believe in season.
So when your season come, embrace it with happiness, ya.

Take care, Ju

-Eyi-

Wednesday, March 21, 2007

My Lil' Princess

Foto pertama di blog ini. Foto pertama setelah sekitar 3 tahun ngeblog.

Ini dia, Pendar Ramadhani Anitya. Lima setengah bulan usianya. Alhamdulillah. Sudah pintar guling-gulingan. Beberapa hari ini suka teriak-teriak 'aaaaaaaaaa.....'. Kalau bangun subuh-subuh, pasti langsung senyum. Nggak nangis, nggak bengong, pasti senyum. Sayang Bundanya nggak punya kamera digital yang oke. Jadi foto adek Pendar sedikit :(
Nggak apa-apa ya, Nak. Kan duitnya ditabung buat beli rumah. Hehehehe...

Friday, January 05, 2007

Pendar Ramadhani Anitya

I'm back!

Akhirnya, setelah cuti melahirkan, minggu kemarin saya mulai kembali ke kantor, balik ke dunia nyata, meninggalkan bayi perempuan yang kini genap berusia tiga bulan di rumah.

Pendar Ramadhani Anitya namanya.
Saya yang memberi nama :)
Lahir di Jakarta, 4 Oktober 2006, 00:55 WIB.
Beratnya 3,285 kg, tinggi 48 cm.

I'm glad I came up with this name.
Saya suka kata itu: 'pendar', 'berpendar'. Semakna dengan 'cahaya', 'sinar', 'nur'.
Semoga kelak dia menjadi pendar dalam kehidupannya sendiri, syukur-syukur dalam kehidupan orang lain juga. Yang jelas, sebelum lahir pun dia sudah berpendar dalam hati saya, hati kami-orang tuanya.

Sayangnya, TERNYATA tidak semua orang pernah mendengar kata 'pendar'.
Seorang teman lama mengirim SMS yang isinya kira-kira: “Selamat atas kelahiran adik PENDRA”. Tadinya saya kira dia salah ketik atau bercanda, tapi ternyata dia serius. Serius salahnya :P Seminggu setelah itu, dia mengirim SMS lagi: “Eyi, gue mau ke rumah lo. Mau nengok PENDERA.” Ealah..., salah lagi. Sewaktu saya balas SMS-nya dengan “PENDAR, tauuuu....”, dia malah menjawab, “Ganti aja deh, nama anak lo. Biar gue ngga salah terus.” Huhuhu, asal-asalan...

Bukan cuma dia. Mertua saya -abah dan nek'nya Pendar- juga bingung mendengar nama itu. “Artinya apa? Nama dari mana?”


Buat saya, melahirkan Pendar mungkin the highest point of this year – or maybe of 27 years :)

Apa saja yang berubah setelah melahirkan Pendar? Well, di antaranya....:

1. Sekarang saya paham kenapa Malin Kundang dikutuk ibunya (Huehehe... kidding)
2. Saya berubah jadi ibu-ibu pekerja lainnya di kantor: Datang cepet, pulang cepet. In my case, datang jam setengah tujuh pagi, pulang jam empat atau setengah lima. Tamat sudah karier Eyi Si Perempuan Malam :D
3. Kalau jalan-jalan di mal (which I rarely do), rasanya resah dan gelisah. Keingatan Pendar yang dijaga ibu di rumah. Gulity feeling karena merasa saya seharusnya di rumah supaya Pendar bisa dapat ASI dan bukan susu formula.
4. Melihat-lihat baju di toko masih tetap menyenangkan, tapi sekarang ada suara di kepala “Nanti-nanti aja, deh.” Tapiiii.... kalau kepentok di toko perlengkapan bayi, rasanya betah berlama-lama. Segalanya terlihat lucu, semuanya bagus dan bikin mau beli :D
5. Saya lebih menghargai perempuan-perempuan yang sudah jadi ibu. Serius, sesaat setelah melahirkan Pendar, rasanya saya ingin menyalami semua perempuan istimewa itu sambil berkata “Baagoooooos... Huebaaaat...”. Khusus yang anaknya banyak, saya sembah sekalian aja-lah! :D Hihihi, hiperbolik deh..
6. Dulu, kalau melihat ibu-ibu yang bawa bayinya ke tempat umum, saya cuma membatin “Iiih.. bayinya lucu ya..” Nggak mikir macam-macam. Tapi kemarin sewaktu melihat anak bayi yang dibawa ke ITC, saya malah kasihan, “Duh... orang sebanyak ini.. Banyak virus, banyak kuman, banyak yang ngerokok, banyak yang batuk pilek... Semoga bayinya kuat.”

.................................................

Saya sudah harus mengakhiri posting ini, tapi belum ketemu kata-kata penutup yang pas (alah!). Masih banyak yang mau diceritakan, tapi nanti aja deh.

Dadah yuk bye bye
(hehehe, hi aa) ;)