Monday, December 22, 2003

Pensieve

Harry menurut, memandang baskom batu. Isinya telah kembali ke keadaan semula, putih keperakan, berpusar dan beriak di bawah tatapannya. "Apa ini?" tanya Harry gemetar. "Ini? Ini namanya Pensieve," kata Dumbledore. "Kadang-kadang aku merasa, dan aku yakin kau tahu perasaan ini, bahwa terlalu banyak pikiran dan memori yang berdesakan dalam benakku. "Pada saat-saat seperti itu," kata Dumbledore, menunjuk baskom batu, "aku menggunakan pensieve. Kita tinggal menyedot pikiran yang berlebihan dari benak kita, menuangnya ke dalam baskom, dan mengamatinya saat kita senggang. Menjadi lebih mudah melihat pola-pola dan hubungan, kau mengerti, kalau pikiran itu ada dalam bentuk ini." (Harry Potter & Piala Api, hlm...waduh, lupa rek!)

Cala Ibi

Membaca Cala Ibi itu, bagi saya, seperti membaca puisi yang panjaaaaaang sekali. Bukan kumpulan puisi, tapi SATU puisi yang sambung-menyambung dari halaman pertama sampai ¾ bukunya (ga berani bilang sampai akhir karena memang belum selesai baca). Kadang larut, lain waktu malah ngos-ngosan. Baca Cala Ibi itu seperti makan kuaci. Ga bisa cepat-cepat. Eh, makan kuaci bisa cepet ding, kalau mau sama kulit2nya. Tapi kan jadi nggak afdal (dan nggak baik buat pencernaan ;> ). Baca Cala Ibi itu -kalau buru2- seperti nekan pedal gas dalam-dalam, tapi mobilnya masih gigi dua. Maksa, dan nggak jadi cepet juga. Membaca Cala Ibi itu, bagi saya -sekali lagi-, seperti melatih kesabaran. Kalau Aa' Gym pernah bilang, "Belajarlah menikmati proses", sekarang saya kayaknya dapat satu jalan (lagi) untuk belajar. Belajar untuk mengikuti perlahan-lahan dan menikmati aja halaman yang di depan mata. Belajar menahan rasa penasaran tentang apa yang bakal terjadi selanjutnya atau bagaimana ceritanya berakhir atau what the big picture is all about. Entah kenapa, beda dari buku-buku sebelumnya, tingkat penasaran saya terhadap buku ini lebih tinggi. Sama sekali nggak bisa menebak maksud si penulis atau ke mana dia akan membawa saya, pembacanya. Dan sebelnya, nggak bisa nebak-nebak pula! Terlalu rumit, terlalu beda, untuk ditebak. Well, for what it's worth, I...like the book. LIKE? Hmmm.. Or let just put it this way: Saya suka cara Nukila Amal menuturkan Cala Ibi. Lain aja, segar, orisinal. Saya suka dan terheran-heran dengan imajinasinya. Saya IRI dengan cara dia merangkai abjad jadi kata jadi kalimat jadi paragraf jadi satu kesatuan cerita. Mengenai isi ceritanya sendiri, saya belum bisa ngomong karena belum selesai baca. Tapi sejauh ini, ceritanya justru saya kasih poin paling kecil dibanding aspek-aspek lain di atas. (ciieeeeehh..eyiiii.. hehe, nggak tahan nih kl ga ngomong cieh)

Thursday, December 18, 2003

Sherly, Eyi, Eyi'

I like my nickname. I like the way it sounds when people call me and I definitely love the fact that I invented it myself. Nama asli saya Sherly Puspita. Duluuuuu...waktu belum bisa bilang "sherly", lidah saya memelesetkannya jadi Eyi (diucapkan dengan ringan, tanpa tekanan setelah huruf I). Sekarang, yang memanggil begini biasanya pasti keluarga dekat. Sedangkan teman-teman memanggil saya Eyi' (pakai apostrof karena ada tekanan pada huruf I). Kalau ketemu orang baru dan saya memperkenalkan diri dengan nama Eyi (tanpa apostrof), hampir bisa dipastikan orang itu akan langsung bertanya, "Siapa?" Lalu saya ulang, Eyi. Kadang-kadang, masih ada yang ingin memastikan: Eyi? Mungkin nggak akrab di kuping dan nggak enak di lidah pula karena rasanya gantung. Kalau saya berkenalan dengan nama Eyi' (pake apostrof) , biasanya jarang ada pertanyaan "siapa?", meskipun kadang-kadang kejadian juga. Paling aman memang memperkenalkan diri dengan nama asli, Sherly. Nggak pernah ada yang tanya, kecuali kalau percakapannya lewat telepon: Ferly? Serni? Beberapa kali, saya menemukan orang-orang yang salah kaprah. Di kantor, ada satu mbak yang memanggil saya EiK (huruf K diucapkan sangat jelas, sepintas kedengaran seperti egg (= telur). Di SCTV tempat saya dulu jadi freelancer, ada yang manggil 'eJi'. Masih lumayanlah.. Tapi yang SATOT ( gubroto ;> ) alias Salah Total adalah seorang mas yang mengenal saya sejak tahun 1999 (!). Sampai akhir 2003 (!) ini, kalau kami ketemu, dia selalu menyapa ramah, "Hai, AYIS, apa kabar?" Wak waw...!

Monday, December 15, 2003

Rindu Itu

Rusa kecil yang dahaga, mimpikan mata air di sekuntum bunga. Seekor burung terbang dengan setia, mencari sarangnya yang hilang dalam rimba. Serasa rindu akan airmu, menyiksaku selalu. (Dengan penuh hormat pada Bpk. Iwan Fridolin) Rindu itu seperti virus influenza. Kadang datang, kadang hilang. Tapi kamu tahu pasti kalau mereka tidak pernah BENAR-BENAR hilang. Mereka menetap dalam tubuh. Siap untuk melancarkan serangan lagi ketika pertahananmu lemah, atau bahkan di saat-saat yang sama sekali tak terduga. Anyway, I always love this poem.

Friday, December 12, 2003

Negeri Senja

Klak klik klak klik klak klik. Masuk sana, masuk sini. Baca-baca, ketawa-tawa, tahu-tahu sampai di satu tempat yang oleh pemiliknya diberi nama "Negeri Senja." Diam sebentar. I was quite surprised when I found out that the 2 of us have thingS in common. Sama2 perempuan 24 tahun, sama2 kerja di media cetak, sama2 suka Seno, sama2 suka senja, dan posting terakhirnya menunjukkan kalau kami sedang sama2 memikirkan hal yg sama (kebanyakan kata SAMA nih!). "bait tak pernah beranjak menjadi lagu, sementara larik mematikan dirinya... berhenti di persimpangan tanpa pernah tumbuh menjadi puisi. apakah benar ada seseorang di ujung sana yang kelak hadir sebagai rahmat ?" Lanjut, lagi cekakak-cekikik depan komputer,si Serny tahu2 nyebut, "Baca2 diary orang terus! Kayaknya lo lebih seneng sama kehidupan orang lain deh! Hidup lo sendiri tuh udah lucu. Lo tulis aja!" Hehehe...nih anak maksudnya nyemangatin apa nyela yak?

Thursday, December 11, 2003

Perasaan

Tepat 365 hari kenalan dengan satu kata 'perasaan'. Selamat ulang tahun.

Huh?

Sampai siang ini, kerjaan bikin transkrip wawancara belum maju-maju. Sehalaman juga belum nyampe. Gue malah sibuk ngoprek-ngoprek internet. Lewat blognya orang-orang lain, gue jadi dapat banyak banget (rasanya) soal serba-serbi bikin blog, meskipun masih bingung. Sempet kagum dan ngiri sama blog2 lain, terutama punya orang2 bule. Gila, keren banget! I was just like, "Huh? Huh? Oh, bisa ya, bikin gini? Mau dooong..." Jadi berasa gak tahu apa-apa. (Sabar Ey, pelan-pelan......)

Wednesday, December 10, 2003

Atiiit......

Tadi pagi, di Cawang, pas mau naik P47, gue JATUH!!!! Jatuhnya pake nabrak motor pula (BUKAN ditabrak, soalnya motornya lagi diem)! Motornya bukan sembarang motor pula, tapi ojek motor langganan yang baru mengantar gue dari Caman sampai Cawang. Wah, besok dijamin satu kompi tukang ojek yg mangkal di Caman pasti tahu semua kejadian ini (maklum, penumpang favorit..) MALUUUUUUU...!!!!! Meskipun gue nunduk terus, tapi gue tahu BGT kalu semua orang pada ngeliatin Uggghhhh.....sebeeeeeeel!!!!!!!! Lesson for today: Kalau bisnya nggak bener2 berhenti, JANGAN DIKEJAR!!!!!!!