Friday, July 25, 2008

My Cup Runneth Over (Untuk Zhongwenxi 97)



Kemarin sore, sekitar pukul lima, sebenarnya gue udah niat mau pulang.
Telepon gue bunyi, ternyata dari Ayu.
Dari suaranya, gue tahu dia sedang menahan tangis.
Yang terlintas di pikiran gue adalah: 'Wah, lagi berantem sama Seto nih anak.”
Kalimat pertama Ayu: “Eyi, lo udah baca Detikcom belum?”
“Belum. Ada apaan?”

Dari Ayu, gue tahu teman kita, Damas dan keluarganya sedang tertimpa musibah. Adik Damas, Agatha Damayanti (Anti) kehilangan suaminya ---Ramses Pasaribu--- hari itu. Ramses (27) ---pengacara di Firma Hukum Luhut Pangaribuan--- tewas tertimpa reruntuhan tembok profil (ini istilah Detikcom. Gw gak tahu apa istilahnya) di depan lobi Pengadilan Jakarta Barat.
Ayu sendiri sebenarnya sudah baca berita ini di Detikcom sejak siang (correct me if I'm wrong, Yu). Tapi waktu itu dia belum ngeh---meskipun udah baca nama 'Agatha Damayanti'. Sore-sore, Ayu nge-klik Detik lagi. Karena curiga, dia langsung nelepon Damas: “Dam, suaminya Dek Anti namanya siapa, ya?” Damas cuma bilang, “Iya, Yu. Iya.”

Gue tentu kaget mendengar kabar dari Ayu ini. Lebih kaget lagi waktu tahu Anti sedang hamil 3 bulan. Dan tambah sedih begitu tahu kalau Damas dan suaminya ---Mas Gandung--- sedang dirawat di RS PGI Cikini karena demam berdarah (beberapa hari sebelumnya, gue nelepon Damas untuk ngajakin makan bubur Cikini. Kata Damas, dia lagi demam---tapi waktu itu belum ketahuan DB) :(

Gue langsung janjian sama Ayu untuk ketemu di RS Cikini. Selain buat jenguk Damas, juga untuk melayat karena jenazah Ramses juga disemayamkan di RS Cikini. Akhirnya, selepas Maghrib, gue, Ayu, Seto, Kie plus Tika---temen orkes Damas--- kumpul di RS Cikini.

Kata Damas, dia baru masuk RS jam tiga sore. Tadinya, Anti mau nganterin Damas ke RS. Tapi kemudian dia nerima telepon yang mengabarkan suaminya kecelakaan. Anti langsung pergi ke RS Pelni ditemani budenya. Sayangnya (atau takdirnya), nyawa Ramses nggak tertolong. Ramses meninggal di RS Pelni. Inalillahi... Musibah ini bikin gue mikir. Gue baru benar-benar paham makna frase 'ajal menjemput'. Ramses nggak sakit. Dia juga tidak sedang melakukan apa pun yang ---menurut anggapan umum--- berisiko, seperti menyetir, naik pesawat, panjat tebing dsb. Dia cuma sedang berdiri di depan lobi Pengadilan Jakbar. Kabarnya, dia sedang mengobrol dengan temannya sesama pengacara.

They say, good people die young.

Semoga bukan kegeeran, tapi gue ngerasa cukup dekat sama keluarga Damas. Mungkin bukan cuma gue yang ngerasa begini, tapi sebagian besar dari kita. Rumah Damas yang posisinya strategis itu sering dipakai kumpul-kumpul, kan? Gue ngetik Buletin Tahunan di sana. Gue sering nginep di sana kalau udah terlalu malam buat pulang ke rumah sendiri. Gue juga pernah numpang istirahat di sana siang-siang waktu lagi hamil dan ngerasa nggak enak badan---padahal Damasnya belum pulang kantor, jadi gue diurusin nyokapnya. Gue ingat, Fitri juga pernah numpang istirahat di sana karena keliyengan sehabis cabut gigi.
...................

Buat Anti, Damas dan keluarganya, gue ikut berduka cita. Semoga selalu dikuatkan. Semoga saling menguatkan. Semoga dikaruniai kelapangan hati.

Kalau mau lihat berita di Detik, ini linknya

Wednesday, July 23, 2008

Dari Dee

*Kebahagiaan pun sesuatu yang hidup, berubah dan tidak statis.

*Hidup pasti sangat terbeban saat kita merasa punya kendali atas pikiran orang lain. Dan saya tidak ingin hidup seperti itu.

*Sang Buddha pernah menyadarkan seorang ibu yang tak bisa menerima kematian anaknya, sampai menggendong anaknya yang sudah jadi bangkai ke mana-mana. Sang Buddha hanya minta satu hal pada sang ibu: 'Cari satu orang yang tidak pernah mengalami kesedihan, tidak pernah mengalami kedukaan.' Si ibu mencari dan tidak menemukan. Saat itu ia tersadar akan kemelekatannya. Semua orang tak pernah selamanya senang, tak juga selamanya sedih.
"Semoga 'bangkai' apapun yang kita gendong selama ini akhirnya bisa kita lepaskan dengan hati lapang."

--Kutipan dari dee-idea.blogspot.com (isi & respons komen)

Saya membaca posting terbaru Dewi Lestari "Catatan Tentang Perpisahan". Ini salah satu posting Dee yang paling saya suka, meskipun mungkin alasan di balik pembuatan tulisan itu (seharusnya) menyedihkan, yaitu tentang perpisahannya dengan sang suami, Marcell.

Saya suka postingan ini karena bisa membantu saya (atau kita?) menguraikan banyak hal dan peristiwa kehidupan. :)

Apapun, Dee (dan Marcell dan Keenan), semoga selalu berbahagia.