Monday, July 26, 2010

Sekeping Koin

Sekeping koin cantik.
Lihat dia bersinar.
Kau simpan dalam sakumu.
Sesekali, kau keluarkan koin itu.
Mengagumi betapa sempurna bulat bentuknya.
Betapa cerah kilapnya.
Ketika kau sibuk: belajar, bekerja, bermain, berlari.
Sekeping koin terlupakan.
“Aku tak lupa,” belamu.
“Aku hanya belum bisa melihatmu.”
Kau simpan dalam-dalam keping koin di saku.
“Nanti,” katamu.
Lalu kau kembali sibuk. Belajar, bekerja, bermain, berlari.
Ketika tuntas PR-mu, beres urusanmu, telah pulang kawan bermainmu, sampai garis finis badanmu.
Barulah sekeping koin kau keluarkan.
Masih cantik, katamu.
Masih berkilau.
Agak berdebu. Sedikit.
“Tak apa. Aku punya lap super.”
Kau gosok sekeping koin penuh sayang.
Lihat. Betul kan, ia bersinar lagi.
“Mari menari” katamu.
Menarilah kau. Bersama koinmu.
Maju, mundur, kanan, kiri.
Bahagianya kalian.

Oh, lihat.
Orang-orang melempar tatapan aneh.
Ada laki-laki dewasa berdansa dengan sekeping koin.
Kadang tango, kadang cha-cha, lebih sering waltz.
Laki-laki dewasa dengan sekeping koin?
Apa ia sinting?

Air mukamu langsung berubah.
Sekeping koin masuk kembali dalam saku.
Kali ini lebih dalam.

“Aku tak membuangmu.”
“Nanti.”
“Tunggu.”
“Sebentar lagi mereka pergi.”
“Atau mari kita yang pergi.”

Kau pergi ke pasar.
Dengan sekeping koin dalam saku.
Tapi oh, pasar jauh lebih ramai.

Kau pergi ke altar.
Oh, pemuka agama sedang berkotbah.
Ini jauh lebih riuh.

Kau pergi ke pantai.
Sekeping koin masih di saku.
Oh, tapi banyak camar dan karang dan ikan dan nyiur di sana.
Terlalu ramai, terlalu ramai.

Kau pergi ke gunung.
Pendaki-pendaki keparat itu membuat api unggun.

Oh, tak adakah tempat?
Di mana kau bisa menari lepas dengan koinmu?

Kau intip sakumu.
Sekeping koin tergeletak tenang di sana.

Perlahan.
Sekeping koin kau keluarkan.
Lihat ia berkilau di tanganmu.
Kau gosok ia penuh sayang.

“Nanti,” katamu.
“Tunggu.”

Eyi, 26 Juli 2010

(Seperti Secret Garden, kita semua mungkin punya sekeping koin, yang terus kita bawa dalam saku. Yang padanya, kita katakan “nanti” dan “tunggu.” Apa koinmu?)

4 comments:

atta said...

huhuuuhu. senang menemukan eyi kembali di sini. aku juga hendak menari dengan koinku :)

eyi said...

wah, selamat datang Atta :D Tahu2 sdh tertulis, posting tercepat saya. Slmt menari dengan koinmu ;)

serny said...

Aku suka ini...
kadang kita yang jadi koin itu

eyi said...

@serny: Betul. Sebenarnya tulisan ini terjadi krn gue (membayangkan) guelah koin itu.