Sore itu, 4 April 2004, di stasiun Bogor. Langit biru cerah. Biru cerah
biru cerah biru cerah. Hati saya juga cerah. Juga cerah juga cerah
juga cerah.
Kereta jabotabek yang tadi saya tumpangi sudah beberapa lama berhenti. Kaki saya melangkah di sampingnya, melewati gerbong demi gerbong, menuju peron.
Tak usah kaucari makna hadirnya diriku
Aku di sini untukmu
Mungkin memberi arti cinta pada dirimu
Aku di sini untukmu
Saya selalu suka pengamen kereta.
.......
Seperti biasanya kalau sedang libur, hari itu saya bangun siang.
Buka mata, meraih telepon genggam di atas meja. Sudah ada beberapa
SMS masuk. Selain mengucapkan selamat ulang tahun,sebagian besar
juga menyuruh bangun: "Bangun! Ingat umur!" Membuat saya bertanya,
memangnya orang tua(?) nggak boleh bangun siang?
Mau ke mana saya hari ini?
Hari ini, 040404, saya 1/4 abad. Saya tidak pernah membuat peristiwa
hari lahir jadi sesuatu yang heboh, tapi hei, ini kan umur 25!!!
Seperempat abad! Dan sekarang tanggal 4 bulan 4 tahun 04!
Hati kecil: Terus kenapa?
Hati besar: Ya pasti istimewa dong! Lihat aja tanggalnya! Itu tanggal
cantik!
Hati kecil: Ah sumpe lo..
Hati besar: Yang seperti ini hanya akan kita temui 36 tahun lagi ketika Insya Allah kita berusia 61 tahun: 040440. Lalu 4 tahun
sesudahnya: 040444.
Hati kecil: Ya trus kenapa? Malahan, lo tahu ga sih, buat orang Cina,
4 itu angka sial!
Hati besar: Tapi kan kita bukan orang Cina!
Singkat cerita, saya memutuskan hati besar menang.
Hari ini saya HARUS pergi dari rumah dan melakukan sesuatu yang lebih
istimewa, minimal lain dari biasanya. Saya rasa keputusan itu juga
karena otak saya ikut campur.
Otak: Ulang tahun gini, daripada disuruh nyokap jaga wartel atau
beres-beres rumah, emang mendingan pergi, sih. Ke mana kek..
Wah, bener juga. Ya', saya MESTI pergi!!!
Tapi ke mana? Ngapain? Sama siapa?
.......
Ayo pikir. Apa yang sudah lama saya inginkan, tapi belum kesampaian?
Mmm.., saya ingin naik busway! Di kepala saya langsung terbayang
beberapa nama yang mungkin bisa diajak jalan-jalan naik bus kacang
garuda itu.
Hati besar: Masa ulang tahun ke-25 cuma pengen naik busway?!?
Iya, ya. Masa cuma naik busway?
Terus, saya pengen apa lagi dong?
........
Saya pengeeen...berfoto pakai baju Bodo. Hehehe, malu ngakunya, tapi
ini bener-bener keinginan yang sudah lama sekali terpendam dan sampai
sekarang belum hilang.
Percakapan via telepon beberapa tahun lalu:
Teman: Halo.
Saya: Halo. Eh, lo punya baju Bodo gak?
Teman: Baju bodo? Buat apa?
Saya : Buat foto.
Teman: Hah?
Saya: Iya, gue pengen aja difoto pake baju Bodo. Baju Bodo kan cantik.
Teman: Hah?
Saya: Iya. Punya, nggak?
Teman(teriak ke nyokapnya): Maaaa... di sini ada baju Bodo ga, sih...??
Kakaknya teman (di latar belakang): Orang bodo banyak! Baju bodo mah
gak ada!
Teman: Lo sewa aja di salon. Kan ada salon-salon yang nyewain baju adat.
Saya: Nyewa? Niat banget, gue!
Teman: Ya sekarang aja lo niat banget pake nelpon gue segala!!
Saya: ...... (Iya, juga)
Singkat cerita lagi, akhirnya saya memutuskan ke Bogor. Hehehe, nggak
nyambung...
Saya ingat, ada Putri Novotel cantik, teman seperjuangan waktu masih
kuliah di Depok, yang tinggal di sana. Begitu saya SMS, dia langsung
setuju untuk jadi guide.
Jam dua siang, berangkatlah saya ke Kota Hujan, berbekal pesan dari
adik-adik: "Pulangnya jangan malam-malam, ya! Kan kita kepengen ditraktir!"
Ke Bogor.
Kereta jabotabek seperti biasa penuh sesak. Ibu-ibu, bapak-bapak,
mas-mas tengil, mbak-mbak, mahasiswa, anak-anak, tukang buah,
tukang tisu, tukang minuman, 991 bau bercampur satu.
Lebih mengesalkan lagi, saya harus menunggu dua abad di
stasiun Tebet.
Perjalanannya sendiri juga cukup panjang, tapi begitu kereta sampai
di tujuan dan kaki saya menjejak di stasiun Bogor, semua terbayar.
Ke Bogor.
Melewati taman topi lagi, makan burger gerobak sendirian depan
Matahari Dept. Store, suara teman lama: "Eyi, kok tumben, sih?!?",
antrian Roti Unyil, perjalanan dengan angkot, menelusuri jalanan
berobor menuju Kafe Dedaunan, tertawa..
Bahagia sekali. Rasanya seperti berada di tempat yang jauh,
seperti meninggalkan semua di belakang. Padahal, itu cuma Bogor.
Padahal, saya hanya di sana sekitar empat jam.
Di detik-detik akhir perjalanan, ketika saya dan si Putri Novotel Cantik
sedang menunggu hasil foto boks keluar, saya KECEPLOSAN bicara soal
ulang tahun.
Dia: Lho? Jadi lo ulang tahun hari ini?
Saya: .......
Dia: Ya ampun! Jadi ini dalam rangka ulang tahun???
Saya: Hehehe, gue keceplosan. Seharusnya gue ngomongnya nanti, pas
kita udah mau pisah.
Dia: Eyiii, selamat ulang tahuuun... (sun kiri sun kanan)
Saya: Hehehe..
Dia: Kok lo sendirian?
Saya: .......... Kan gue sama elo..
Dia: (bengong sebentar) Waah.. my pleasure..
Kami memang bukan sahabat karib. Tapi untunglah, saya kuliah di jurusan
yang murid satu angkatannya sedikit sehingga satu sama lain tidak
merasa asing.
..............
Rumah, 22.00 WIB
Pintu wartel saya buka. "Oi, artisnya udah datang, nih! Jadi pergi, nggak?"
Jadilah kami sekeluarga makan bersama di luar. Dipikir-pikir, sudah
lama sekali tidak pergi berenam sekaligus.
..............
Dalam sholat malam itu, saya mengucap syukur atas semua yang Dia
berikan. Usia, rezeki, keluarga, teman, langit biru Bogor, Kafe Dedaunan,
perjalanan dengan kereta Jabotabek, roti Unyil rasa cokelat keju, pizza Super
Supreme ukuran besar...
Entah dari mana datangnya, sungguh bukan saya yang mengundang, ada
rasa mencelat keluar lewat ujung mata: Rasa yang tak tertawar dengan
lembaran rupiah yang keluar, berbagai hidangan lezat, perjalanan
setengah hari, pertemuan dengan teman lama, makan bersama lagi
dengan keluarga.
Entah dari mana datangnya, sungguh bukan saya yang mengundang, ada
rasa, mencelat keluar lewat ujung mata..
Thursday, April 15, 2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment