Saturday, May 16, 2009

Teringat-ingat...... (Untuk Pendar)

Teringat Dodi

Tahun 1997, waktu kelas 3 SMA, saya sedang getol mempertanyakan segala-galanya, termasuk ini: 'Kenapa kita harus salat? Kenapa harus 5 kali sehari? Emang bener ya, kalau nggak salat terus nanti masuk neraka? Terus, kalau cuma salat supaya nggak masuk neraka atau supaya bisa masuk surga, lalu di mana esensinya? Bukankah lebih baik nggak salat, tapi tetap 'ngobrol' sama Dia, daripada salat tapi sebenarnya cuma menggumamkan kata-kata bahasa Arab yang dihapal luar kepala tapi entah apa maknanya? Kenapa saya merasa lebih nyaman 'berbicara' dalam hati sama Dia di mikrolet atau di mana saja, daripada 'bicara' denganNya ketika salat?'

Lalu entah bagaimana awalnya, saya ngobrol dengan Dodi, teman sekelas. Dia suka ketawa-tawa. Julukannya Mr. Bean. Saya pernah mengajari dia reff lagu Season of Love sambil marah-marah (soalnya dia nggak hapal2): 'Five hundred twenty five thousand six hundred minutes, five hundred twenty five thousands journeys of love...' Saya duduk dengan Yuri di bangku sini, dia duduk dengan Edi di bangku sebelah. Dia menulis kira-kira begini di buku tahunan saya: 'Eyi itu galak, pelit, sok imut, cuma satu yang oke: Mau diajak nyontek' (siyalan lo Dod!)

Anyway, saya ngobrol dengan Dodi. Soal salat. Lalu dia bilang sesuatu yang waktu itu mengejutkan saya, sesuatu yang jarang saya dengar, bahkan sampai sekarang: “Gue gelisah kalau kelewat salat. Kalau gue mau pergi, tapi bentar lagi azan, gue ga mau pergi dulu. Harus salat dulu. Kalau gue kelewatan salat Asar misalnya, gue nggak tenang, rasanya pengen cepat-cepat masuk waktu Maghrib, supaya bisa langsung salat. Habis salat, rasanya tenang... ”

Saya kagum. Iri. Superiri setengah mati. Sampai sekarang pun saya masih iri.
Waktu itu saya sama sekali tidak bertanya, “Memang kenapa? Apa yang ditakutkan? Apa yang bikin gelisah?” atau semacamnya.
Saya keburu jatuh kagum. Apapun alasannya. Jatuh iri.


Teringat Mbak Sarah

Sekitar tahun 2000. Masih kuliah, tapi kerja jadi penerjemah freelance di 1 stasiun teve. Waktu itu si stasiun teve ulang tahun, dan semua karyawannya –termasuk yang freelance-- diajak berlibur 2 hari 1 malam ke Anyer. Menginap di Sol Elit Marbella (ah, masa-masa menyenangkan...)

Saya sekamar hotel dengan seorang mbak-mbak dari divisi.... (aduh, lupa rek). Namanya Mbak Sarah. Saya tebak, usianya mungkin early 40. Saya tebak, anaknya mungkin sekitar SMP. Agak basa-basi, untuk mencairkan suasana, saya bertanya, “Mbak Sarah anaknya berapa orang?”
Dan jawabannya ternyata di luar dugaan saya waktu itu. “Aduuh, aku belum nikah. Iya nih, belum dikasih-kasih.. Doain ya.”
MAKJGEER!! Alah, malunya.. Main njeplak aja sih.. Beneran, saya malu, takut dia tersinggung. Lebih-lebih lagi, takut dia jadi kepikiran.

Lalu saya yang jadi kepikiran: Bagaimana kira-kira perasaan Mbak Sarah soal itu ya? Soal belum dapat jodoh. Saya mungkin bukan orang pertama yang salah ngomong seperti itu.
Kemudian saya membandingkan dengan diri saya. Saya waktu itu baru 20 tahun. Baru putus dari cowok pertama. Lalu sehari-hari merengek-rengek pada Tuhan untuk mengirimkan saya jodoh. Mengapa the one itu lama sekali datang? Masa harus nunggu 20 tahun?
Waktu itu saya mikir begini, 'lalu bagaimana perasaan Mbak Sarah yang harus menunggu (mungkin) 40 tahun? Apa dia juga merengek-rengek pada Tuhan minta dikirimi jodoh? Apa dia juga nggak sabar seperti saya , padahal saya baru 20 tahun?

Lalu terucaplah satu doa. Agak aneh doanya, seperti orangnya. But I really meant every single word of it. Kira-kira, saya bilang begini pada Tuhan, 'Allah, kalau Engkau memang terlalu sibuk karena banyak perempuan-perempuan rese’ seperti aku yang berdoa minta jodoh, dan Engkau harus memilih antara aku atau Mbak Sarah dulu yang diberi jodoh, tolong dahulukan Mbak Sarah. Nanti kalau urusanMu dengan dia sudah selesai, baru giliran aku ya...' (saya lupa, tapi sepertinya saya menambahkan 'tapi jangan lama-lama ya Allah...'. Wekekekekkk...)

Suatu hari, bertahun-tahun kemudian, waktu saya belum menikah dan baru putus lagi sama cowok lain, saya kembali teringat Mbak Sarah. Waktu itu saya berpikir, jangan-jangan saya putus lagi putus lagi sama cowok gara-gara Mbak Sarah belum nikah? Jangan-jangan Tuhan pengen lihat, seberapa bener niat saya saat itu.

Sekarang saya sudah nikah dan punya anak satu. Lalu beberapa waktu lalu, saya tiba-tiba teringat Mbak Sarah lagi. Apa kabar, Mbak Sarah? Apa doamu sudah terkabul? Apa doa saya buatmu terkabul? Semoga terkabul ataupun tidak, Mbak Sarah saat ini tetap dalam keadaan bahagia. Amin :)


Teringat Supir Mikrolet

Kelas 1 SMA. Waktu itu, pagi-pagi, saya naik mikrolet, mau ke sekolah. Kebetulan, seisi mikrolet itu anak sekolah semuanya. Baru jalan kira-kira 15 menit, si supir tiba-tiba berubah pikiran. Dia menurunkan kami di pinggir jalan, padahal perjalanan masih jauh dari tujuan akhir. “Mau muter lagi!” katanya.
Saya turun paling akhir. Saya bayar dia dengan selembar uang Rp 5000. Satu-satunya lembaran uang yang saya punya. Waktu itu, ongkos untuk perjalanan 15 menit itu mungkin baru 500 atau 1000. Saya lupa.

Ternyata si supir kesal diberi lembaran 5000 perak. Sambil mencari-cari kembalian, laki-laki Batak itu mengatai saya, “ITIL! ITIL KAU!” Ketika memberikan saya uang kembalian, dia mengulanginya lagi “ITIL KAU!”Lalu dia buru-buru membawa mobilnya putar balik.

Tinggallah saya di pinggir jalan dengan muka merah padam dan hati panas bukan buatan. Seumur-umur, saya belum pernah dikatai sekasar itu. Dan untuk sesuatu yang menurut saya tidak salah. Dalam benak saya, langsung terpikir 1001 sumpah serapah yang harusnya bisa saya katakan untuk membalas dia.

Lalu tiba-tiba, entah darimana datangnya (mungkin ada malaikat lewat), saya tiba-tiba berpikir positif (??). ‘Siapa tahu, si supir jadi kasar begitu karena dia sedang banyak masalah. Mungkin anaknya sakit. Mungkin istrinya marah-marah di rumah. Mungkin dia nggak punya duit...’. Kemudian terbayang satu kalimat yang tadi bisa saya katakan untuk membalas ucapan dia, ‘Semoga Tuhan memberkati Bapak’.

Nyessss.... Hati saya seketika langsung adem. Pikiran langsung tenang. Amarah yang tadi bergolak jadi padam entah ke mana.

Apa yang terjadi? Rangkaian peristiwa dari dikatain ‘itil’, lalu pengen balas marah-marah, sampai tiba-tiba jadi damai lagi mungkin cuma berkisar beberapa detik. Tapi perbedaan rasanya 180 derajat.

Inilah pengalaman pertama saya ‘mengampuni 100% dengan sadar’. Ketika pikiran, hati dan tubuh berada dalam satu garis. Kompak. Semuanya memaafkan, semua mengampuni. Pengalaman yang begitu langka, perasaan yang begitu jarang. Mungkin karena itu saya masih ingat sampai sekarang.

Kini, berbelas-belas tahun kemudian, saya tak pernah mengalami hal seperti itu lagi. I forgive, walaupun nggak 100%, but I will never forget. Orang-orang bilang saya sabar, tapi saya sebenarnya cuma nggak bisa mengekspresikan amarah. And there’s a big difference between those two. Saya mungkin bisa bersikap biasa pada orang yang pernah menyakiti saya, tapi saya tak pernah benar-benar merasa sama lagi. You’ve hurt me, and you’ll pay for that. Walaupun ‘bayaran’nya mungkin ‘cuma’ takkan pernah mendapatkan hati saya 100% lagi.

Tapi saya merindu perasaan berbelas-belas tahun lalu itu. Ketika saya dengan ikhlas memaafkan begitu saja. Tadi saya tiba-tiba terpikir, mungkin perasaan itu semacam demo kiriman Tuhan untuk menunjukkan ‘hey Ey, kamu bisa lho, bersikap, merasa, dan menjadi begini. Pernah terjadi sekali, dan bukankah itu berarti bisa terjadi lagi?’

**************************

Untuk putri saya, Pendar Ramadhani Anitya:
Pendar, tiga cerita lama ini sengaja Bunda tulis untuk Pendar. Ini hadiah ulang tahun Bunda ke-30 untuk Pendar. 3 cerita, 30 tahun. Tadinya Bunda ingin memberi sesuatu yang bisa dibeli saja, tapi hei, kenapa tidak membuat sesuatu sendiri? Dan karena Bunda hanya bisa menulis, maka tulisan inilah kadomu.

Kalau Pendar tanya, ‘So, what are you trying to say, Bunda?’ What are you trying to tell me?’, Bunda nggak terlalu tahu bagaimana menjawabnya. Ini mungkin cuma berbagi. Bagi Bunda, salah satu harta yang amat berharga adalah cerita, kenangan. Dan tiga cerita sederhana ini juga harta Bunda. Tadinya Bunda berpikir ketiganya tidak berhubungan, 3 cerita acak. Tapi setelah menuliskannya secara berurut, Bunda baru sadar ada satu kata spesifik yang Bunda ulang dalam ketiga cerita ini. Semoga Pendar dapat sesuatu –apapun itu—setelah membacanya.

Anyway, happy 30th birthday to Bunda! Tolong doain Bunda ya Dek, supaya selalu bahagia, riang gembira, penuh suka cita dan banyak cerita. :)

Bunda sayang Pendar, Bunda cinta Adek Pendar. You’re my favorite person on earth, on universe. :) Semoga sekarang dan sampai kapan pun, Pendar tahu dan bisa merasakan bahwa Bunda sayang Pendar.

I love you Adek Pendar! Mmmmmmmmuaaah! :)

13 comments:

jufe said...

keren euy
jelas benang merahnya
dah lama ga tersentuh tulisan'
terimakasih bunda eyi..heheh nYesss

eyi said...

Makasih juga Ju.
lucunya, gw bahkan ga tahu ada benangnya saat awal menulis.
Ternyata gw emang harus menulis, daripada cuma ngomong atau mikir2 tanpa ujung. ternyata menulis bener2 mengurai benang (kusut) di kepala gw

Anonymous said...

Hadiah yang sangat istimewa dan sangat menyentuh.

Om tambahin ya, ini hasil nonton Angels and Demons: Tuhan selalu menjawab doa hambanya. Tapi terkadang Dia menjawab "Tidak".

Mudah-mudahan nggak misslead. Selamat ulangtahun Pendar, eh Eyi!

Anonymous said...

Tadi itu Om Punto, maaf lupa nulis namanya

eyi said...

@om punto: sudah jelas kok pasti om punto ;)
Makasih komennya Om. Hehehe, iya bener, kadang2 jawabannya 'tidak'. Tapi moga2 Dia jarang menjawab tidak ke kita ya :D Amin..

Hijau Tosca said...

Gue kan orangnya cengeng ya. Pas baca ini mata gue langsung berkaca-kaca gitu. Klo ga ada orang2 di ruangan gue pasti udah meneteskan air mata deh. It's soo touchy ey. Happy 30th birthday lagi ah. Semoga selalu jadi orang yang gembira, riang, dan ikhlas.

Hijau Tosca said...

Oiya itu tadi Ayu Ey hehehehehhee....

eyi said...

Amin amin amin.. Thank U ya Yu. Ga bermaksud bikin cengeng kok. hehehehe... Mungkin kl ibu hamil juga lebih peka ;)

nuar said...

met ultah ^_^

eyi said...

@nuar: thank u nuar :) lama tak bersua.

serny said...

ada satu hal yang Pendar harus tau tentang loe Ey, muka bengong setengah nyawa loe kalau pas meeting kantor. hahahaha


-Serny-

neenoy said...

eyi, bagus banget...
met ultah ya...

Anonymous said...

Eyi..
Good..good..good..

-Vidi