Kemarin pagi, di kamar mandi
+ Bunda kok nangis? Sedih, ya?
- Nggak, De. Bunda nggak sedih. Bunda cuma
kesel.
+ Kalo kesel kok nangis? Kalo nangis kan
berarti sedih...
- ..... Iya, mungkin sedih sedikit.
+ Kenapa, Bunda? Gara-gara 'orang itu' ya?
- Iya, De. Dia-dia lagi, lagi-lagi dia.
+ Bunda jangan kesel, jangan sedih. Kalau
Bunda sedih, dede jadi ikutan sedih.
- Aduuh..., maaf ya, Nak. Masa belum lahir
aja kamu udah sedih juga. Nanti kalau udah
lahir, semoga kamu ngga cengeng kayak Bunda, ya.
+ Makanya Bunda udahan dong nangisnya..
- Bunda udah nggak nangis lagi, kok.
+ ......
- De, cepet gede ya, Nak. Tumbuh yang sehat
dan kuat. Nanti kalau Dede udah tujuh bulan
di perut Bunda, ayah mau bawa kita pindah dari
sini.
+ Kok mesti nunggu sampai tujuh bulan, Bun?
Kenapa nggak besok aja?
- Soalnya perjanjian ayah sama bunda memang gitu, De.
+ Pindahnya ke mana sih, Bunda?
- Belum tahu sih, De...
+ Kok belum tahu?
- Bunda sama ayah mau cari-cari dulu. Pengennya,
tinggal di tempat yang cuma ada kita bertiga aja:
ayah, bunda, dede.
+ Asyiiik...
- Dede seneng?
+ Seneng, Bun!
- Bunda juga. Tos dulu, dong De..
+ Tossss!!!
(Saya menepuk lembut perut yang membuncit,
lalu keluar dari kamar mandi)
End of Conversation
===================
Wednesday, April 26, 2006
Tuesday, April 04, 2006
Subscribe to:
Posts (Atom)